Orang Amrik Lebih Pilih Meninggal di Rumah
Jakarta – Sebuah laporan yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, mengungkapkan, untuk pertama kalinya sejak awal abad ke-20, lebih banyak orang AS memilih meninggal di rumah daripada di rumah sakit.
Seperti dilaporkan VOA, Kamis (12/12/2019), dalam jurnal itu juga terungkap angka kematian di panti jompo juga menurun. Para peneliti mempelajari data kematian alami yang dikumpulkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan Pusat Statistik Kesehatan Nasional dari 2003 hingga 2017.
Pada periode itu, jumlah orang yang meninggal di rumah meningkat dari 543.874 (23,8 persen) menjadi 788.757 (30,7 persen). Pada saat yang sama, jumlah kematian di rumah sakit turun dari 905.874 (39,7 persen) pada 2003 menjadi 764.424 (29,8 persen) pada 2017.
“Ini merupakan hal yang baik. Kematian menjadi terlalu medis selama abad terakhir,” kata penulis utama studi, Dr. Haider Warraich dari Veterans Affairs Boston Healthcare System.
Bangkitnya layanan perawatan menjelang kematian (hospice) di rumah telah membantu lebih banyak orang menghabiskan hari-hari terakhir mereka di rumah, kata Warraich. “Saya sudah bertemu banyak pasien yang hanya ingin menghabiskan satu hari di rumah, ditemani anjing mereka, di tempat tidur mereka, bisa makan makanan di rumah,” katanya.
Hospice memberi pasien yang sekarat dengan perawatan menjelang ajal, termasuk mengatasi rasa sakit dan dukungan emosional bagi pasien serta keluarga mereka.
Pada 2003, 5.395 orang meninggal di rumah sakit dan pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 212.652. Studi ini mendapati penyebab kematian juga mencerminkan di mana orang tersebut meninggal. Pasien kanker kemungkinan besar meninggal di rumah, dan pasien demensia di panti jompo.
Meningkatnya kematian di rumah “mencerminkan bahwa mungkin kita mampu menghormati keinginan lebih banyak orang dan membantu mereka meninggal di tempat yang paling menenangkan bagi mereka,” kata Warraich. [Zin]