Pandemi Kacaukan Kesehatan Mental Remaja Eropa
Sementara itu, para peneliti yang berbasis di Hamburg telah menemukan bahwa persentase anak-anak dan remaja Jerman yang mengalami masalah kesehatan mental meningkat dari 10 persen sebelum pandemi menjadi 18 persen pada pertengahan tahun 2020.
JERNIH–Pandemi COVID-19 memberi dampak negatif pada kesehatan mental banyak remaja di Eropa. Di Belgia, remaja yang tinggal di fasilitas perawatan psikiatri bercerita kepada DW tentang perjuangan mereka menghadapi kondisi saat ini.
Terletak di kota Braine l’Alleud, Belgia, terdapat bangsal rumah sakit tempat remaja yang mengalami gangguan mental akut datang untuk mendapatkan perawatan dan dukungan psikologis.
“COVID-19 adalah ‘sesuatu yang ekstra’ yang membuat saya kelelahan,” kata Alexandra—katakan namanya seperti itu untuk melindungi privacy-nya, 17 tahun, yang menetap di bangsal perawatan sejak Februari lalu. “(Kondisi) itu sangat membuat stres karena ayah saya berisiko tinggi terinfeksi, jadi saya harus diisolasi dari keluarga,” katanya. “Saya harus makan sendiri, tinggal sendiri, saya tidak bisa memeluk orang tua saya … Rasanya sangat sepi dan saya merasa terputus dari dunia.”
Tidak hanya Alexandra yang berjuang menghadapi virus corona. Sejak awal tahun 2021, permintaan masuk ke unit psikiatri telah melonjak. “Semua unit lain di Belgia juga penuh,” kata Direktur Lingkungan Sophie Maes.
“Mereka tidak bisa menerima pasien baru, tapi permintaan baru terus membanjir. Bagaimana Anda memilih antara anak berusia 15 tahun yang ingin bunuh diri dan yang berusia 16 tahun yang ingin bunuh diri? Itu adalah pilihan yang mustahil,” katanya sambil menggelengkan kepalanya.
Dr Maes mengatakan banyak remaja yang saat ini mencari bantuan untuk mengelola emosi mereka dalam keadaan normal. Namun, setelah setahun tidak pergi bersekolah, putus asa, berulang kali harapannya pupus, dan kelangkaan interaksi sosial, mereka tidak bisa lagi bertahan.
“Kami memberi tahu mereka: Anda tidak sakit, Anda tidak dalam bahaya, tetapi Anda berbahaya bagi orang lain sehingga Anda harus berkorban untuk melindungi orang yang Anda cintai … Semua ini bisa menjadi kombinasi yang benar-benar beracun,” tambahnya.
Jana Hainsworth, Sekretaris Jenderal Hak Anak Eurochild, mengatakan kondisi ini tidak hanya terjadi di Belgia. Organisasinya yang mewakili penyedia layanan anak-anak dan kelompok hak asasi di 35 negara Eropa telah “memberi peringatan” atas dampak COVID-19 pada kesehatan mental orang di bawah usia 18 tahun di seluruh benua.
Pada bulan lalu, Eurochild menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa di antara 10 ribu anak yang disurvei di Uni Eropa dan sekitarnya, satu dari lima anak merasa tidak bahagia sepanjang waktu atau sebagian besar waktu.
Sementara itu, para peneliti yang berbasis di Hamburg telah menemukan bahwa persentase anak-anak dan remaja Jerman yang mengalami masalah kesehatan mental meningkat dari 10 persen sebelum pandemi menjadi 18 persen pada pertengahan tahun 2020.
Hainsworth menginformasikan kepada DW bahwa pemerintah seharusnya lebih banyak mendengarkan remaja sejak awal krisis. “Ada tindakan yang tidak proporsional yang berdampak pada kehidupan anak-anak sehari-hari, sehingga bekas luka dari hal ini akan terasa lama sekali. Saya kira itu adalah kesalahan penilaian,” katanya.
Strategi Uni Eropa
Pekan lalu, Komisi Eropa mempresentasikan strategi pertama di seluruh Uni Eropa tentang pemenuhan hak-hak anak. Mereka menjanjikan dukungan psiko-sosial yang dapat dengan mudah diakses dan membangun platform partisipasi anak-anak Uni Eropa yang baru.
Komisaris Hak Sosial Uni Eropa Nicolas Schmit mengatakan bahwa ketidaksetaraan yang ada di antara orang-orang di bawah 18 tahun telah memburuk selama setahun terakhir.
“Kita perlu memutus siklus berbahaya ini dan memastikan bahwa anak-anak yang membutuhkan dukungan memiliki akses ke makanan yang sehat, pendidikan, perawatan kesehatan, dan perumahan yang layak, apa pun latar belakang mereka. Komisi siap mendukung negara-negara anggota dengan cara apa pun yang dapat mereka lakukan,” katanya.
Beberapa dari dukungan itu datang dalam bentuk Dana Sosial Eropa Plus, yang mendanai proyek-proyek yang berfokus pada inklusi sosial dan memerangi kemiskinan. [Deutsche Welle]