Paus Fransiskus Minta Maaf Kepada Penduduk Asli Kanada
- Permintaan maaf Paus Fransiskus disambut tangis First Nation.
- Paus Fransiskus akan mengakhiri kunjungan dengan bertemu mantan siswa sekolah asrama.
JERNIH — Paus Fransiskus, Senin 25 Juli, mengawali hari pertama kunjungan ke Kanada dengan meminta maaf kepada penduduk asli Kanada atas kejahatan puluhan tahun di sekolah-sekolah perumahan Gereja Katolik.
“Saya minta maaf,” kata Paus Fransiskus, yang tetap duduk di kursi roda saat menyampaikan pidato di salah satu lokasi sekolah perumahan terbesar di Kanada — tempat 150 ribu anak penduduk asli Kanada menjadi korban asimilasi paksa.
“Saya dengan rendah hati memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan begitu banyak orang Kristen terhadap masyarakat adat,” lanjut Paus Fransiskus, mengutip ‘penghancuran budaya’ dan ‘pelecehan fisik’, verbal, psikologis dan spiritual, anak-aak selama beberapa dekade.
Pernyataan pemimpin 1,3 miliar umat Katolik itu disambut tepuk tangan kerumunan First Nation, demikian penduduk asli Kanada menyebut dirinya, dari dua suku; Metis dan Inuit, di Maskwacis, Alberta barat.
Paus Fransiskus berbicara tentang ‘rasa sakit’ dan penyesalan mendalam ketika dia secara resmi mengakui bahwa banyak anggota Gereja bekerja sama dalam sistem yang kejam itu.
Saat Paus Fransiskus berbicara, emosi teraba di Maskwacis — sebuah komunitas pribumi di selatan Edmondon — yang merupakan lokasi perumahan Ermineskin. Sekolah ini ditutup tahun 1975.
Ratusan orang mengenakan pakaian tradisional. PM Kanada Justin Trudeau dan Mary Simon, gubernur jenderal pribumi pertama, hadir pada acara itu.
Banyak yang menunduk, menyeka air mata, atau saling peluk di antara mereka. Seorang pemimpin pribumi menempatkan hiasan kepala tradisional di kepala Paus Fransiskus.
Konselor menunggu di dekat tepee, tenda khas First Nation, yang didirikan untuk memberi dukungan. Relawan membagikan kantong kertas kecil untuk mengumpulkan air mata.
‘Tangisan Sayang’
Sebelum Paus Fransiskus berbicara, Andre Carrier — dari Federasi Metis Manitoba — mengatakan; “First Nation perya jika Anda menangis, Anda menangis cina. Anda menangkap air mata di selembar kertas dan memasukannya kembali ke dalam tas ini.”
Relawan akan mengumpulkan tas-tas itu dan dibakar dengan iringan doa khusus, untuk mengembalikan air mata cinta kepada sang pencipta.
Sejak akhir 1800-an sampai 1990-an, pemerintah Kanada mengirim sekitar 150 ribu anak-anak First Nation dari berbagai suku ke 139 sekolah perumahan yang dikelola Gereja. Anak-anak itu dipisahkan dari keluarga, dilarang menggunakan bahasa ibu, dan dicabut dari budaya mereka.
Banyak yang dianiaya secara fisik dan seksual oleh kepala sekolah dan guru, dan diyakini banya yang meninggal akibat penyakit, kekurang gizi, dan penelantaran.
Sejak Mei 2021, lebih 1.300 kuburan tak bertanda ditemukan di lokasi bekas sekolah. Temuan ini mengirim gelombang kejut ke sekujur Kanada, yang perlahan mulai mengakui babak panjang dan kelam dalam sejarah Kristenisasi penduduk asli.
Paus Fransiskus akan melanjutkan kunjungan ke Quebec, yang diakhiri dengan mengunjungi Iqaluit — ibu kota negara bagian Nunavut dan rumah bagi populasi terbesar Inuit di Kanada.
Di sini Paus Fransiskus akan bertemu mantan siswa sekolah asrama, sebelum kembali ke Vatikan.