Pekan Ini Dunia Menyaksikan AS Bertekuk Lutut di Hadapan Cina demi Logam Tanah Jarang

- Gedung Putih menyaksikan Ford menghentikan produksi akibat kelangkaan logam tanah jarang.
- Jet tempur F-35 AS itu mengkonsumsi 400 gram logam tanah jarang. Jadi, tanpa logam tanah jarang tak ada senjata canggih AS.
JERNIH — Tiongkok dipastikan menggunakan rare earth, atau logam tanah jarang, untuk mencapai kesepakatan dan meredakan perang dagang berisiko tinggi dengan AS.
Bagaimana Beijing menggunakan keunggulan ini?
Logam tanah jarang digunakan dalam semua produk teknologi modern dan persenjataan. Smartphone di genggaman Anda mengandung logam tanah jarang. Rudal, dan semua persenjataan modern, tergantung pada logam yang satu ini.
Nasihat Deng
Tahun 1992, saat Cina mulai menjalankan reformasi ekonomi pro-pasar, Deng Xiaoping — pemimpin tertinggi Tiongkok saat itu — mengatakan; “Timur Tengah punya minyak. Tiongkok punya tanah jarang.”
Sejak saat itu investasi besar Cina di sektor pertambangan, dan peraturan lingkungan yang longgar, menempatkan Tiongkok sebagai pemasok utama logam tanah jarang ke pasar dunia.
Namun aliran tanah jarang Tiongkok ke produsen di seluruh dunia melambat setelah Beijing, awal April lalu, mengharuskan eksportir mengajukan lisensi. Kebijakan ini secara luas dipandang sebagai respon terhadap kenaikan tarif AS.
Berdasarkan persyaratan terbaru, yang menurut kelompok industri sangat rumit dan berjalan lambat, eksport tanah jarang memerlukan persetujuan Beijing sebelum dikirim ke pembeli di luar negeri.
Dampak Serius
Memastikan akses ke logam tanah jarang telah menjadi prioritas utama bagi pejabat AS dalam pembicaraan dengan Beijing. Keduanya dijadwalkan bertemu di London pekan ini.
“Masalah tanah jarang jelas, telah mengalahkan bagian lain dari perundingan perdagangan karena terhentinya pabrik-pabrik di AS,” kata Paul Triolo, pakar teknologi di Pusat Analisis Tiongkok di Asia Society Policy Insitute, dalam seminar daring Senin 9 Juni.
Ketika pasokan logam tanah jarang terhenti, raskasa mobil AS Fordk menghentikan produksi SUV Explorer, dan membuat Gedung Putih benar-benar memperhatikan.
Pejabat Cina dan AS, Selasa 10 Juni, mengtakan telah menyetujui kerangka kerja untuk bergerak maju dlam perdagangan. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan optimistis kekhawatiran atas akses ke tanah jarang akan teratasi.
Kelebihan Tanah Jarang
Pelambatan penerbitan lisensi, cara Cina mengurangi pasokan logam tanah jarang ke AS, menimbulkan kekhawatiran akan lebih banyak produsen mobil terpaksa menghentikan produksi sambil menunggu pengiriman.
Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan sebagai negara besar yang bertanggung jawab, pihaknya menyetujui sejumlah aplikasi ekspor dan bersedia memperkuat dialog dengan negara-negara terkait.
Cina telah memperlihat kekuatannya, dan AS akhirnya harus mengakui sangat tergantung pada logam tanah jarang Tiongkok. Ketergantungan ini tidak hanya pada industri mobil, tapi juga pertahanan. Secara militer, persenjataan AS sangat tergantung logam tanah jarang dari Cina.
Gracelin Baskaran dan Meredith Schwartz, dari Program Keamanan Mineral Kritis di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan setiap jet tempur F-35 AS mengkonsumsi 400 gram logam tanah jarang.
“Mengembangkan kemampuan penambangan dan pemrosesan memerlukan upaya jangka panjang,” tulis keduanya. “Artinya, AS akan berada dalam posisi tertinggal di masa depan.”
Jepang Mengejar Ketertinggalan
Jepang juga tergantung pada loga tanah jarang dari Cina. Setelah tabrakan maritim 2010, melibatkan kapal pukat Tiongkok dan kapal penjaga pantai Jepang di perairan sengketa, Beijing menghentikan pengiriman tanah jarang ke Tokyo. Industri elektronik Jepang menderita.
Namun, Jepang mengatasi penderitaan itu dengan investasi pada sumber-sumber alternatif dan meningkatkan penimbunan logam tanah jarang, meski dengan keberhasilan terbatas dan menikmati keuntungan marjinal.
Meski demikian, menurut Triolo, apa yang dilakukan Jepang adalah ilustrasi yang bagus mengatasi kesulitan dan mengurangi ketergantungn pada Tiongkok.
Pentagon juga sedang berupaya mengejar ketinggalan, dengan strategi tambang-ke-magnet, yang bertujuan memastikan rantai pasokan domestik sepenuhnya untuk komponen utama pada tahun 2027.
Namun, Tiongkok memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar di dunia. Artinya, Cina beruntung bisa unggul.
Persoalan lain, menurut Rico Luman dan Ewa Manthey dari ING, adalah konsentrasi yang dapat ditambang lebih jarang daripada sebagian besar komoditas mineral lainnya. Akibatnya, ekstrasi menjadi loga tanah jarang sangat mahal.
“Ekstrasi dan pemrosesan yang rumit dan mahal membuat logam tanah jarang penting secara strategis,” katanya. “Cina berada pada posisi yang kuat untuk berunding.”