Pekan Lalu Dua Kali Israel Gagal Bunuh Panglima Brigade Izzuddin Al-Qassam
Salah satu tujuan utama serangan Israel ke permukiman sipil Gaza sejak Senin pekan lalu memang membunuh para komandan top Hamas dan Jihad Islam, pemelihara semangat dan perjuangan nyata rakyat Palestina.
JERNIH—Selama serangan militer keji yang menargetkan permukiman penduduk dan fasilitas sipil pekan lalu, militer Israel dua kali gagal membunuh panglima sayap militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam, Muhammad Daif.
Sejumlah sumber dalam militer Israel mengungkapkan serangan udara dilancarkan terhadap lokasi kendali operasi Muhammad Daif di Jalur Gaza. Namun semua serangan Israel itu tidak membuahkan hasil. Daif lolos dari usaha pembunuhan keji negara Apartheid Zionis itu di menit-menit akhir.
Salah satu tujuan utama serangan Israel ke permukiman sipil Gaza sejak Senin pekan lalu memang membunuh para komandan top Hamas dan Jihad Islam, pemelihara semangat dan perjuangan nyata rakyat Palestina.
Daif sudah menjadi buronan nomor wahid negara Bintang Daud itu selama 25 tahun. Dia lima kali terhindar dari upara pembunuhan yang dijalankan Israel, yakni pada 2001, 2002, 2003, 2006, dan 2014.
Pada Perang Gaza 2014, gempuran terhadap rumah Daif malah menewaskan istri dan anak-anaknya.
Daif memang dikenal licin dan jarang tampil di depan publik. Dalam pernyataan langka dirilis awal bulan ini, dia memperingatkan Israel untuk segera angkat kaki dari komplek Masjid Al-Aqsa dan membatalkan rencana pengusiran empat keluarga Palestina dari rumah mereka di kawasan Syekh Jarrah.
Ahad pekan lalu, Kepala Komando Militer Wilayah Selatan Israel Mayor Jenderal Eliezer Toledano bilang, Daif dan Kepala Biro Politik Hamas untuk Jalur Gaza Yahya Sinwar memang menjadi target untuk dibunuh.
Serbuan udara Israel telah meledakkan tempat tinggal Yahya Sinwar dan wakilnya, Khalil al-Hayya.
Israel mengklaim telah menewaskan 160 anggota Hamas dan Jihad Islam, termasuk komandan-komandan mereka, sejak serangan keji terhadap permukiman sipil itu mereka lakukan. Persis seperti kekejian dan niat busuk Belanda dan para kolaborator KNIL mereka saat melancarkan agresi I dan II, pada pasca-Kemerdekaan Indonesia, di masa lalu. [Al-Balad/Jerusalem Post]