Crispy

Pendeta Katolik dan Ortodoks Yunani akan tetap Tinggal Bersama Warga Gaza

Ratusan orang terlantar telah berlindung sejak pecahnya perang di kompleks Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius dan kompleks Keluarga Kudus Katolik, termasuk anak-anak dan mereka yang berkebutuhan khusus.

JERNIH – Para pendeta dan biarawati Katolik dan Ortodoks Yunani akan tetap berada di Kota Gaza meskipun ada rencana Israel untuk mengambil alih kekuasaan secara militer. Mereka akan merawat anggota masyarakat Gaza yang paling rentan.

Demikian terungkap dalam pernyataan bersama komunitas agama tersebut Selasa (26/8/2025). “Pada saat pernyataan ini dibuat, perintah evakuasi sudah dikeluarkan untuk beberapa lingkungan di Kota Gaza. Laporan mengenai pemboman besar-besaran terus berdatangan,” demikian pernyataan Patriarkat Latin Yerusalem dan Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem.

“Kami tidak tahu persis apa yang akan terjadi di lapangan, tidak hanya bagi komunitas kami, tetapi bagi seluruh penduduk”, kata mereka.

Ratusan orang terlantar telah berlindung sejak pecahnya perang di kompleks Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius dan kompleks Keluarga Kudus Katolik, termasuk anak-anak dan mereka yang berkebutuhan khusus. Tembakan liar Israel menghantam Gereja Keluarga Kudus pada bulan Juli, menewaskan tiga orang dan melukai 10 lainnya, termasuk pendeta paroki.

“Di antara mereka yang mencari perlindungan di dalam tembok kompleks, banyak yang lemah dan kekurangan gizi akibat kesulitan yang dialami selama beberapa bulan terakhir,” kata pernyataan itu.

“Meninggalkan Kota Gaza dan mencoba melarikan diri ke selatan sama saja dengan hukuman mati. Oleh karena itu, para pendeta dan biarawati telah memutuskan untuk tetap tinggal dan terus merawat semua orang yang akan berada di kompleks tersebut”.

Patriarkat Latin kepada AFP mengungkapkan, ada sekitar 645 umat Kristen Katolik dan Ortodoks yang tersisa di Jalur Gaza, termasuk lima pendeta dan lima biarawati,.

Kabinet Israel menyetujui pada awal Agustus rencana militer untuk mengambil alih Kota Gaza, meskipun ada tekanan yang meningkat baik di dalam maupun luar negeri untuk mengakhiri perang yang telah menciptakan krisis kemanusiaan dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengumumkan bencana kelaparan di Gaza pekan lalu.

Serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 mengakibatkan kematian 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data Israel. Sementara Serangan mematikan Israel telah menewaskan sedikitnya 62.744 warga Palestina, sebagian besar dari mereka warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan di Gaza yang dianggap dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Back to top button