Peneliti Brasil: Kemanjuran Vaksin Sinovac Hanya 50,4 Persen
- Sejak jauh-jauh hari Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengkritik vaksin Sinovac, karena asal-usulnya tidak jelas.
- Butantan Insitut tiga kali menunda pengumuman hasil uji klinis.
- Sempat muncul kabar efikasi vaksin Sinovac 78 persen, tapi data sukarelawan terkena efek samping ringan tak dimasukan.
JERNIH — Peneliti Brasil mengumumkan efikasi, atau kemanjuran, vaksin Covid-19 buatan Sinovac hanya 50,4 persen, yang membuatnya tidak cukup untuk mendapat persetujuan.
CoronaVax adalah satu dari dua vaksin yang disiapkan pemerintah federal Brasil untuk memulai imunisasi selama gelombang pandemi Covid-19 kedua paling mematikan.
Beberapa ilmuwan dan pengamat mengkritik Butantan Institute, pusat biomedis yang merilis sebagian data beberapa hari lalu dan memunculkan ekspektasi tidak realistis.
Brasil kini dilanda kebingungan dan ketidak-pastian tentang vaksin Cina. Sejak jauh-jauh hari Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengkritik vaksin Cina, dengan mempertanyakan asal-usulnya.
“Kami memiliki vaksin yang bagus. Bukan vaksin terbaik di dunia, tapi juga bukan vaksin ideal,” kata Natalia Pasternak, ahli mikrobiologi, mengkritik Butantan Institute.
Pekan lalu, peneliti Brasil merayakan hasil yang menunjukan CoronaVac 78 persen efektif melawan Covid-19 ringan sampai parah. Mereka menyebutnya sebagai kemanjuran klinis.
Namun saat itu peneliti tidak mengatakan apa-apa tentang sekelompok penerima vaksin yang mengalami infeksi ringan, tapi tidak memerlukan bantuan klinis.
Ricardo Palacios, direktur medis untuk penelitian Butantan Institut, mengatakan temuan kemanjuran baru yang lebih rendah termasuk data kasus sangat ringan itu.
“Kami membutuhkan komunikator yang lebih baik,” kata Gonzalo Vecina Neto, profesor kesehatan masyarakat di Universitas Sao Paulo dan mantan pemimpin Anvisa — regulator kesehatan Brasil.
Khawatir
Pengungkapan sedikit demi sedikit tentang uji coba vaksin Cina secara global menimbulkan kekhawatiran uji coba itu belum menjadi sasaran pengawasan publik, seperti yang dikembangkan di AS dan Eropa.
Palacios dan pejabat pemerintah negara bagian Sao Paulo, yang mendanai Butantan, mengatakan tidak ada sukarelawan yang diinokulasi dengan vaksin harus dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19.
Pakar kesehatan masyarakat mengatakan itu saja akan melegakan rumah sakit di Brasil. Namun butuh waktu lebih lama untuk mengekang pandemi yang memungkinkan begitu banyak kasus ringan.
“Ini vaksin yang akan memulai proses mengatasi pandemi,” kata Pasternak.
Tiga Kali Ditunda
Peneliti Butantan tiga kali menunda pengumuman hasil uji klinis yang mereka lakukan, dengan berbagai alasan. Kini, mereka menyalahkan klausul kerahasiaan dalam kontrak dengan Sinovac.
Jauh dari Brasil, peneliti Turki bulan lalu mengatakan vaksin Sinovac efektif 91,25 persen berdasarkan analisis sementara. Indonesia menyetujui penggunaan CoronaVac, setelah mengumumkan kemanjuran vaksin buatan Cina ini 65,3 persen.
Pejabat Butantan mengatakan desain penelitian di Brasil berfokus pada petugas kesehatan garis depan selama wabah. Sukarelawan yang dilibatkan mencakup mereka yang telah berusia lansia.
Akibatnya, tidak mungkin hasil penelitian di Brasil dibandingkan dengan hasil uji klinis di tempat lain.