Penerima Vaksin Johnson & Johnson di Amerika Alami Pembekuan Darah
Kasus pembekuan darah vaksin Johnson & Johnson tampak serupa dengan yang terjadi setelah pemberian vaksin Corona AstraZeneca di Eropa.
JERNIH-Sebanyak 28 kasus penggumpalan darah teridentifikasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Kasus itu terjadi setelah mereka menerima suntikan vaksin Corona Johnson & Johnson. Kasus itu ditemukan diantara delapan juta lebih orang yang telah menerima vaksin tersebut. Data tersebut diunggah hingga 7 Mei 2021.
Pemimpin pemantauan keamanan vaksin Corona CDC, Tom Shimabukuro menjelaskan bahwa angka 28 kasus yang diunggah pada 7 Mei 2021 itu merupakan warga penerima suntikan sebelum 13 April.
“Bukti saat ini menunjukkan hubungan sebab akibat yang masuk akal dengan vaksin Johnson & Johnson dan kasus trombosis dengan sindrom trombositopenia atau TTS,” kata Shimabukuro seperti dilansir dari NBC News.
Dari 28 orang yang mengalami pembekuan darah tersebut, tiga orang dinyatakan meninggal.
Kemudian waktu permulaan munculnya TTS sekitar tiga sampai 15 hari setelah vaksinasi, dengan rata-rata sembilan hari.
“Sebagian besar kasus memiliki gejala awal setelah vaksinasi sekitar satu hingga dua minggu,” kata Shimabukuro menambahkan.
Dalam laporan itu juga disebut bahwa dalam hal kasus Johnson & Johnson di AS lebih banyak dialami oleh wanita berusia 18 hingga 49 tahun, sementara kalangan pria hanya enam kasus.
CDC, pada 25 April lalu telah melaporkan sebanyak 17 kasus pembekuan darah dari sekitar delapan juta orang yang divaksin yang kemudian disikapi dengan menghentikan penggunaan vaksin tersebut pada 13 April lalu. Namun, 10 hari kemudian atau pada 23 April, penggunaan vaksin kembali diizinkan.
“Kondisi ini melibatkan pembekuan darah yang disertai dengan rendahnya trombosit. Peristiwa tersebut tampak serupa dengan apa yang diamati setelah administrasi tembakan AstraZeneca covid-19 di Eropa,” kata dia menambahkan. (tvl)