Crispy

Penutupan Media dan Akun Wahabi Sudah Tepat, Alasannya?

”Konten-konten itu, menurut saya sudah mengarah kepada ‘membakar rumput dipadang ilalang’. Ancaman ini menggunakan strategi propaganda dan ghaswatul fikr atau perang pemikiran”

JAKARTA – Media dakwah kelompok wahabi, bukannya memahami perbedaan yang ada di Indonesia sebagai rahmat, namun perbedaan sebagai jalan pengukuhan kebenaran kelompoknya untuk mengekslude kelompok lain dari Islam. Oleh karena itu, sudah tepat atas penutupan media dan akun wahabi.

Hal tersebut dikatakan Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional, Adnan Anwar, di Jakarta, Jumat (5/3/2021).

Ia mengatakan, media-media seperti itu dapat mengancam persatuan dan persaudaraan umat Islam maupun umat agama lainnya. Karena jika media-media itu dibiarkan berkembang dan tidak ditutup, dapat merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Ideologi Pancasila.

”Konten-konten itu, menurut saya sudah mengarah kepada ‘membakar rumput dipadang ilalang’. Ancaman ini menggunakan strategi propaganda dan ghaswatul fikr atau perang pemikiran,” ujarnya.

Menurut dia, apabila upaya persuasif, pembinaan dan dialog dianggap menemui jalan buntu, harusnya pemerintah harus lebih tegas. Pelarangan harus dijalankan dan jangan takut untuk melakukan tindakan penutupan.

”Bangsa kita bisa terpecah kalau pemerintah masih membiarkan dan masyarakat termakan isu hoaks yang disebarkan kelompok itu. Jadi pemerintah jangan ragu dan masyarakat sendiri pasti mendukung kalau media-media yang dibuat kelompok-kelompok ini diberangus,” kata dia.

Oleh sebab itu, Adnan menyarankan agar tidak diberikan ruang sedikit pun. Karena pertaruhannya adalah masa depan bangsa dan negara Indonesia. “Kalau bibit-bibit virus media atau akun-akun seperti ini dibiarkan, tentunya akan sangat membahayakan masa depan negara Indonesia,” katanya.

”Proporsi konten positif jumlahnya harus lebih banyak, minimal 80 persen. Kontennya tentunya juga yang bersumber dari keberhasilan program pemerintah yang sudah dijalankan dan inovasi program masyarakat itu juga harus didengungkan,” Adnan menambahkan.

Untuk mengatasi hal tersebut, tokoh-tokoh moderat juga harus sering tampil memberikan pencerahan dan pemahaman yang benar. Sebab generasi milenial sebagai generasi penerus perlu bimbingan, pendampingan dan arahan yang sistematis, agar dapat berpikir positif dan inovatif.

“Generasi milenial harus memperkuat jati diri ke Indonesiaan, bahwa Indonesia ini memiliki peradaban yang sangat maju. Sehingga ada kebanggaan nasional terhadap negara dan bangsa,” ujar dia. [Fan]

Back to top button