Crispy

Penyintas Holocaust Bertemu Mantan Penjaga Kamp Sachsenhausen di Pengadilan

  • Emil Farkas, satu-satunya penghini Kamp Sachsenhausen yang selamat, menyanyikan lagu tentang Erika.
  • Josep S, mantan penjaga kamp, mengatakan; “Saya tak mau berkomentar.”

JERNIH — Emil Farkas, penyintas Holocaust berusia 92 tahun, hadir di persidangan terhadap Josef S — mantan penjaga kamp konsentrasi Sachsenhausen — di sebuah gimnasium di Branderburg an der Havel, dekat Berlin.

Bild melaporkan Farkas adalah satu-satunya penghuni Kamp Sachsenhausen yang selamat. Ia meninggalkan Jerman usai Perang Dunia II dan kini tinggal di Haifa, Israel.

Di hadapan terdakwa yang dikenalnya, Farkas menyanyikan sepotong lagu yang biasa dinyanyikan saat menghuni Kamp Sachsenhausen.

“In my city, there the roses bloom, in home, there lives a girl and that is Erika…”

(Di kota saya, mawar mekar, di rumah seorang hidup seorang gadis. Itulah Erika).

Tidak ada yang istimewa dari syair lagu itu. Bild menulis itu lagu ringan tentang kerinduan. Bagi para penyintas Holocaust, menyanyikan lagu itu membangkitkan kengerian.

Lagu itu dikabarkan menggugah kematian Erika, keponakan Farkas, yang dideportasi ke Kamp Auschwitz. Saat itu tahun 1942, Erika masih berusia satu tahun. Erika meninggal bersama Max, ayahnya, dan Peppi yang berusia 22 tahun.

Menurut Bild, Emil Farkas — yang lahir tahun 1929 — tidak pernah menyanyikan lagu tentang gadis Erika kecuali dipaksa oleh prajurit SS penjaga kamp.

Seperti semua penjaga kamp konsentrasi, prajurit SS menikmati kesenangan sadis dengan menyuruh tahanan menyanyikan penderitaan mereka.

Kepada terdakwa, Farkas mengatakan; “Tuan S, Anda menjadi seratus kali lebih tua dari anak-anak tidak bersalah ini. Apakah Anda berani minta maaf.”

Kepada Hakim Udo Lechtermann, Josef S mengatakan; “Saya tidak berkomentar untuk saat ini.”

Selamat Berkat Olahraga

Farkas berusia 15 tahun ketika dibawa ke kamp konsentrasi Sachsenhausen tahun 1944. Dia mengenakan nomor tato 119512. Matilda, ibunya, mengatakan; “Bertahanlah. Kuatkan dirimu, Emil.”

Menurut Farkas, senam menyelamatkannya dari neraka pemusnahan. Kepada pengadilan Farkas mengatakan dia berolahraga sebelum panggilan pertama pukul 05:00 pagi.

Tindakan itu mengesankan Obersturmbannfuehrer, pangkat dalam hirarki SS setara letnan kolonel. “Saya dimasukan ke dalam detasemen pembelian sepatu,” kenangnya.

Karl, ayah Farkas yang juga selamat dari kamp konsentrasi, pernah memiliki bisnis sepatu ortopedi di Slovakia. Matilda, juga selamat.

Tahanan yang tergabung dalam detasemen pembelian sepatu harus menguji prototipe sepatu bot dari industri sepatu Jerman. Farkas adalah satu dari 170 pria yang setiap pagi mengenakan sepatu baru dan berjalan sejauh 700 meter.

Pingsan Ditembak

Setiap hari, Farkas dan tahanan lain harus menempuh 40 kilometer. Sepanjang perjalanan dia dipaksa menyanyikan lagu tentang Erika.

“Siapa pun yang pingsan segera ditembak,” kenang Farkas. “Saya menyaksikannya setiap hari.”

Selamat dari nerara kamp konsentrasi, Farkas bermukim di Israel. Ia sempat menjadi atlet senam nasional Israel.

Kepada terdakwa, sekali lagi Farkas mengatakan; “Pak S, kalimat ibu saya menjadi kenyataan. Saya selamat dari kehancuran yang disebabkan ordo Nazi. Apakah rahasia Anda sangat berharga sehingga Anda tidak dapat meminta maaf?”

Kepada pengadilan Farkas mengatakan tidak pernah menggambarkan apa yang dia alami di hadapan pengadilan Jerman, dan dia butuh waktu 50 tahun untuk membicarakannya.

Josep S, sang terdakwa, tetap diam. Dia seolah tidak terganggu dengan pertanyaan Farkas.

Persidangan terhadap mantan anggota Nazi ini bersifat internasional, dengan penggugat datang dari Polandia, Israel, Prancis, Belanda, Jerman, dan Peru.

Back to top button