- Serdadu Cina dan India datang ke perbatasan dengan senjata berat, tapi bertempur dengan saling lempar batu dan tangan kosong.
- Ada korban tewas dan luka, tapi tak terungkap selama 45 tahun.
- Cina menjadi lebih agresif, karena khawatir India membangun infrastruktur untuk mengontrol perbatasan.
Beijing — Jangan bayangkan pertempuran India-Cina di perbatasan tiga titik perbatasan kedua negara melibatkan senjata modern. Lihat saja pertempuran anak sekolah di Jakarta, dan perang batu di warga salah satu permukiman di ibu kota.
Dalam beberapa pekan terakhir Cina dan India mengerahkan peralatan militernya; senapan berbagi kaliber, artileri, dan lainnya, ke perbatasan. Keduanya saling berhadapan, dan siap menembak.
Alih-alih saling tembak dan adu strategi, yang terjadi adalah saling lempar batu, dan bentrok fisik tangan kosong.. Tentara yang membawa senjata, meletakan senapan, pistol, dan pisau, dan menyerang dengan tangan kosong.
Menariknya, itu terjadi bukan sejak beberapa pekan terakhir, tapi sejak 1960-an. Usai pertempuran, India mengumumkan korban di pihaknya. Cina, seperti biasanya, diam saja.
Pertempuran terakhir terjadi di Lembah Galwan, sebelah timur Ladakh. India mengklaim kehilangan 20 serdadu, termasuk satu perwira. Cina tidak mengumumkan apa pun, tapi editor Global Times — surat kabar Partai Komunis Cina– mengakui adanya korban tewas dan luka di pihaknya.
Sejarah Bentrokan
India dan Cina tak pernah sepakat soal garis batas. Akibatnya, tidak ada garis demarkasi dan pagar pembatas di perbatasan kedua negara. Terutama di beberapa titik dari 3.500 kilometer perbatasan kedua negara.
Tiga tahun lalu, bentrok terjadi di trijungsi perbatasan India-Buthan-Cina. Di sini tentara Cina dan India terlibat ‘tawuran’ mematikan.
Selama rentang waktu 45 tahun, kedua pihak belasan kali terlibat pertempuran di sini. Namun, India dan Cina tak pernah mengumumkan jumlah korban.
Bentrokan biasanya diselesaikan perwira senior, dengan saling kibar bendera.
Di Lembah Galwan, situasinya sangat berbeda. Tahun 1962, tentara Cina dan India terlibat bentrok fisik tak bersenjata di sini. Namun dari bentrok di sinilah kedua negara terlibat adu senjata berat.
Upaya meredakan ketegangan telah dilakuka sejak kematian dilaporkan. Beberapa putaran pembicaraan digelar. Terakhir, kedua pihak berunding di wilayah Sungai Galwan.
Pasukan kedua negara sepakat menjauh dari wilayah sengketa. Namun itu tidak pernah benar-benar mengakhiri konflik.
Penyebab Kekerasan
Pertempuran perbatasan India-Cina saat ini tampaknya sangat berbeda. Cina ditengarai telah merencanakan serangan ke Lembah Galawan, dan bertujuan melakukan pendudukan fisik di wilayah yang diklaim India.
Ini dibuktikan dengan fakta bahwa Cina mengumpulkan pasukan seukuran batalion dengan senjata berat di wilayah yang sebelumnya tidak pernah diduduki.
New Delhi yakin tindakan Cina adalah respon Beijing terhadap pengembangan infrastruktur perbatasan, berupa jalan dan bunker Line of Actual Control (LAC), atau garis batas de facto Cina-India, sepanjang 3.500 kilometer.
Beijing percaya pembangunan infrastruktur menguntungkan India secara strategis. India mampu mengontrol perbatasan di ketinggian. Cina tidak punya pilihan selain menguasai 40 sampai 60 kilometer persedi wilayah yang diklaim India, termasuk di Pangong Tso dan Lembah Galwan.
Alasan lain perilaku asertif Cina saat ini, seperti juga terlihat di Laut Cina Selatan dan Hong Kong, adalah peningkatan China bashing pasca pandemi Covid-19.
Cina tertekan oleh pengaruh India di Badan Kesehatan Dunia (WHO). Di sisi lain, Beijing juga tertekan oleh opini internasional yang menyebut Cina tak bertanggung jawab menangani pandemi.
Cina butuh perang untuk mengalihkan perhatian, dan India adalah lawan sepadan.
Namun pendorong utama konfrontasi ini adalah keseimbangan kekuatan yang berubah antara Cina dan Idnia, khususnya di Samudera Hindia. Cina berpotensi melemahkan, atau menetralkan keunggulan geostrategis india di wilayah ini.
India merespon dengan meningkatkan kerjasama dengan AS, Jepang, dan Australia. Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan Cina dan India, masih mencoba netral.
Posisi Rusia relatif membantu segalanya di bawah kendali. Sedangkan Jepang dan Australia secara terbuka memihak India.
Secara internasional, tidak terjadi keseimbangan dukungan. India lebih diuntungkan karena lebih banyak mendapat dukungan. Cina sebaliknya, berada dalam posisi tidak enak.