Crispy

Prototipe Kedua Jet Tempur KF-21 Boramae Uji Terbang, Indonesia tak Disebut Lagi

  • Dalam foto yang dirilis Yonhap, bendera Merah-Putih masih tertera di bawah kokpit.
  • Laporan media Korsel sama sekali tak menyebut KF-21 Boramae adalah hasil kerja sama dengan Indonesia.

JERNIH — Prototipe kedua jet tempur Korea Selatan (Korsel) KF-21 Boromae, Kamis 10 November, melakukan uji terbang sukses. Namun, nama Indonesia tak lagi disebut sebagai negara pihak yang bekerja sama membangun jet tempur itu.

Yonhap melaporkan pesawat lepas landas dari Air Force’s 3rd Flying Training Wing di Sacheon, 300 kilometer selatan Seoul, pukul 9:49 dan mendarat tanpa hambatan pukul 10:24 pagi.

Badan Program Akuisisi Pertahanan Korsel (DAPA) mengatakan pesawat terbang dengan kecepatan rata-rata 407 kilometer per jam selama 35 menit. Sumber di Korean Aerospace Industries (KAI) mengatakan pesawat mengudara di dekat markas besar pengembangnya.

Yonhap, kantor berita Korsel, sema sekali tidak menyebut nama Indonesia dalam laporan uji terbang prototipe kedua jet tempur KF-21 Boramae. Namun dalam foto yang dirilis kantor berita itu, bendera Merah Putih masih tertera di bawah kokpit pesawat.

Dalam paragraf terakhir berita yang dipublikasikan Korea Times tertulis; ‘Diluncurkan tahun 2015, proyek KF-21 senilai 8,8 miliar won ditujukan untuk mengembangkan model pesawat tempur supersonik untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 yang sudah tua.

Dalam uji terbang pertama prototipe pertama 19 Juli 2022, jet tempur generasi ke 4,5 ini sukses. Saat itu, nama Indonesia masih disebut dalam pemberitaan media Korsel.

Dua pekan setelah uji tebang prototipe pertama, Korea Times memberitakan pertemuan Presiden Krose Yoon Suk-seol dan Presiden RI Joko Widodo yang tidak menghasilkan solusi jelas masalah pembayaran solusi terlambat kewajiban Indonesia dalam pengembangan jet tempur multiperan itu.

KF-21 Boramae, sebelumnya disebut KF-X, adalah program kerja sama Indonesia-Korsel yang bertujuan memproduksi jet tempur multiperan canggih. Program dimulai tahun 2001 dan kedua negara menandatangani kesepakatan tahun 2010.

Indonesia setuju membayar 1,6 triliun won, atau Rp 18,1 triliun rupiah, atau 20 pesen dari total biaya pengembangan sebesar 8,8 triliun won atau Rp 100 triliun. Imbalannya sejumlah pesawat untuk Angkatan Udara Indonesia dan transfer teknologi.

Indonesia gagal mematuhi kesepakatan dan belum membayar 800 miliar won yang dijanjikan. Kalangan industri Korsel berharap pertemuan presiden kedua negara menghasilkan terobosan.

Pertemuan kedua pemimpin menjadi antiklimaks, dengan tidak satu pemimpin pun menyebut cara mengatasi masalah. Korea Times saat itu menulis masalah pembayaran jet tempur KF-21 Boramae mungkin tidak menjadi agenda pembicaraan.

Kepada wartawan, Presiden Yoon mengatakan; “Kedua negara menegaskan kembali komitmen untuk terus bekerja sama sehingga program jet tempur dapat berjalan lancar sampai akhir.”

Korea Times saat itu memberitakan selama konferensi pers bersama, Presiden Joko Widodo tidak menyebut masalah KF-21 Boramae.

Kini, KAI berencana memproduksi empat prototipe lagi, yang akan melakukan uji terbang bertahap mulai Desember 2022 sampai paruh pertama 2023.

Back to top button