Crispy

Puluhan Tentara Korut Tewas Akibat Covid-19, Kim Jong-un Marah

  • Kematian tertinggi terjadi di Korps Pertama dan Kedua.
  • Seluruh kematian terjadi di rumah sakit militer.
  • Otoritas militer Korut terkejut ketika tahu jumlah kematian lebih banyak.
  • Tidak ada jumlah pasti berapa tentara Korut yang tewas akibat Covid-19.

JERNIH — Sekitar 45 tentara Korea Utara (Korut), diduga mengidap Covid-19, tewas di rumah sakit militer. Kim Jong-un, orang nomor satu negeri itu, marah.

Daily NK, situs yang berbasis di Korea Selatan (Korsel) tapi fokus memberitakan Korut, melaporkan sumber militer di Propinsi Gangwon mengatakan kematian terjadi sepanjang Juli sampai Agustus 2021 di bangsal sementara untuk penyakit menuluar.

Bangsal itu, dioperasikan Koprs Kedua, kini ditutup. Pasien dipindah ke fasilitas darurat lain setelah Biro Kesehatan Angkatan Darat — dalam laporan berjudul Statistik Kematian Periode Pelatihan Operasi dan Politik Tempur 2020=2021 — menyebut penyebab kematian.

Berita kematian massal tentara itu sampai ke meja Kim Jong-un. Sang pemimpin sangat marah. Pengamat Korut yakin insiden itu yang menjadi alasan keluarnya seruan untuk memperkuat karantina Covid-19 selama pertemuan politbiro yang diperluas, Kamis pekan lalu.

Sumber militer di Nampo, mengatakan Biro Kesehatan Angkatan DArat menerima laporan kematian di bangsal Covid-19 Korps Kedua selama periode pelatihan musim panas dan dingin.

“Rumah sakit dalam keadaan kacau setelah ditegur,” kata sumber itu. “Itu artinya bangsal ditegur pihak rumah sakit setelah banyak korban berjatuhan.”

Masalah tidak berhenti sampai di situ, otoritas militer Korut dikabarkan terpukul hebat karena statistik umum mengungkapkan lebih banyak kematian dari yang diperkirakan.

Korps garis depan, seperti Korps Pertama dan Kedua memiliki jumlah kematian tertinggi. Lainnya adalah koprs yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dan markas komando Tiongkok-Korut.

Jumlah kematian tertinggi berikut dicatat oleh Koprs Area Belakang, dan kamp pelatihan. Korps Kedua dan Ketiga memiliki jumlah kematian tertinggi di bangsal kasus dugaan Covid-19.

Hingga tahun lalu, dengan otoritas militer percaya pandemi akan segera berakhir, unit militer menggunakan tindakan sementara untuk karantina kasus yang dicurigai. Bangsal tuberkolosis, misalnya, diubah menjadi bangsal Covid-19.

Namun, ketika militer memerintahkan karantina massal setelah wabah demam melanda semua korps selama periode pelatihan musim dingin, yang dimulai 1 Desember, pihak berwenang mulai membangun fasilitas darurat di pegunungan. Ini berarti karantina Covid-19 dilakukan dengan cara kikuk.

Tidak ada diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk semua pasien. Sumber itu mengatakan penderita TB, hepatitis, dan pilek ditempatkan di bangsal sementara seolah mereka diculik dan gagal menerima diagnosis yang tepat untuk penyakit mereka.

Back to top button