Rappler, Situs yang Didirikan Pemenang Nobel Perdamaian Maria Ressa Ditutup
- Komisi Sekuritas dan Bursa Filipina (SEC) memerintahan penutupan, karena ada modal asing di Rappler.
- Rappler tidak siap ‘bunuh diri’ dan coba melawan keputusan SEC.
JERNIH — Rappler, situs berita Filipina yang didirikan pemenang Nobel Perdamaian Maria Ressa, diperintahkan untuk ditutup sehari sebelum Presiden Rodrigo Duterte, musuh bebuyutannya, meninggalkan Istana Manacanang.
“Tidak ada yang cukup mempersiapkan organisasi ini untuk perintah pembunuhan,” kata Glenda Gloria, editor eksekutif dan salah satu pendiri Rappler, kepada wartawan.
Rappler adalah kritikus vokal Duterte dan perang melawan narkoba yang diluncurkan tahun 2016. Pendukung Rappler mengatakan kritik terhadap Duterte memicu serangkaian tuduhan kriminal, penyelidikan, dan serangan online terhadap Ressa dan situsnya.
Pukulan terakhir terhadap Rappler disampaikan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Filipina.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Rabu 29 Juni, SEC mengkonfirmasi pencabutan izin pendirian Rappler karena melanggar pembatasan konstitusional dan undang-undang tentang kepemilikan asing di media massa.
Rappler mengatakan keputusan itu secara efektif menegaskan penutupan perusahaan, dan akan mengajukan banding meski prosesnya sangat tidak teratur.
“Kami telah mendiskusikan semua skenario yang mungkin dengans taf Rapplers sejak SEC mengeluarkan perintah pertama pada 2018,” kata Gloria.
Rappler harus berjuang bertahan hidup ketika pemerintah Presiden Duterte menuduhnya melanggar larangan konstitusional atas kepemilikan asing dalam mengamankan pendanaan. Rappler juga menghadapi tuduhan menghindari pajak.
Rappler didirikan tahun 2012. Saat yang sama UU baru, yang akan menghukum pelanggar di dunia maya, diperkenalkan. Tahun itu pula Rappler menghadapi tuduhan pencemaran nama baik di dunia maya.
Duterte menyerang Rappler dengan menyebutnya situs palsu. Rappler dituduh mengizinkan orang asing mengambil alih situs web melalui penerbitan tanda terima penyimpanan oleh Rappler Holdings.
Di bawah konstitusi baru, hanya orang Filipina yang boleh berinvestasi di media, bukan orang asing. Media juga harus dikendalikan orang Filipina.
Kasus investasi Rappler muncul tahun 2015, ketika Jaringan Omidyar — yang dirikan pendiri eBay Pierre Omidyar — mengalihkan investasinya di Rappler ke manajer lokal untuk mencegah upaya Duterte menutup situs itu.
Cara itu berhasil, dan Rappler tetap hidup. Namun, Duterte terus mencari cara menutup situs ini.
Maria Ressa, yang bersama wartawan Rusia Dmitry Muratov memenangkan Nobel Perdamaian 2021, berjuang menghadapi tujuh kasus di pengadilan. Salah satunya, pencemaran nama baik yang membuatnya divonis enam tahun penjara.
International Center for Journalists (ICFJ) mendesak Filipina membatalkan penutupan Rappler. “Pelecehan hukum ini tidak hanya menghabiskan waktu, uang, dan energi Rappler, tapi juga membuat kekerasan online tanpa henti dan produktif untuk mendinginkan laporan independen,” kata ICFJ di Twitter-nya.
Duterte akan meninggalkan Istana Malacanang, Kamis 30 Juni, setelah Ferdinand ‘Bombong’ Marcos Jr dilantik sebagai penggantinya. Aktivis khawatir Marcos Jr akan memperburuk situasi kebebasan berbicara di Filipina.