Rasisme Kucing: Orang Turkiye Ternyata anti-Black Cats
- Ada dua alasan untuk rasis terhadap kucing; penampilan yang kurang menari dan takhayul.
- Alasan takhayul juga dipercaya di banyak tempat, termasuk di Indonesia.
JERNIH — Istanbul, kota di Turkiye, adalah surga bagi kucing jalanan, tapi tidak bagi kucing hitam. Diskriminasi warna ternyata berlaku juga bagi kucing.
Daily Sabah menulis ada dua hal yang membuat kucing hitam tidak disukai penduduk. Pertama, kara kedi — demikian orang Turkiye menyebut kucing hitam — tidak memenuhi standar kecantikan. Kedua, takhayul.
Khusus yang kedua, kucing hitam kerap dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat iblis. Takhayul ini seolah dipercaya masyarakat semua agama. Di film-film, kucing hitam melulu digambarkan sebagai mahluk yang memiliki kedekatan dengan duia hitam, dan hal-hal klenik.
Di Turkiye, dua alasan tak menyukai kucing hitam disebarkan di media sosial. Akibatnya, tidak ada keluarga atau masyarakat yang sudi mengadopsi kucing hitam. Mahluk satu ini juga terkucil di jalan-jalan Istanbul.
Memerangi Diskriminasi Kucing
Meral Olcay, pendiri dan manajer sukarelawan Yedikule Animal Shelter, mengemukakan takhayul kucing hitam sedemikian lekat di masyarakat.
“Orang-orang tidak menyukai kucing hitam, meski mahluk ini sangat lucu,” katanya. “Setiap mahluk hidup memiliki nilai sama, tapi kebanyakan orang ingin kucing mereka menjadi ras mewah, bersih, dan murni.”
Setiap hari, kata Olcay, orang datang ke penampungan kucing liar dan mengadopsi satu atau dua. Kucing hitam tidak menjadi pilihan. Atau, menjadi pilihan terakhir.
Diskriminasi juga tidak hanya terjadi pada warna bulu, tapi juga ras. Kucing Inggris paling disukai. Ras lainnya nomor sekian.
Muhammet Demir, relawan yang mempertemukan ribuan kucing dengan pemilik baru, mengatakan media sosial memainkan peran dalam penyebaran takhayul dalam adopsi kucing.
Jika tidak alasan takhayul, media sosial melulu mengaitkan kucing hitam dengan standar kecantikan. Seolah yang hitam itu nggak cantik sama sekali.
“Saya menemukan kurangnya adopsi kucing hitam dengan standar kecantikan,” kata Demir. “Orang lebih memilih ras Inggris karena ingin pamer. Menariknya, tak sedikit kucing ras murni — termasuk ras Inggris — yang cepat diadopsi tapi juga cepat ditinggalkan atau ditelantarkan.”
Takhayul Turun-temurun
Sedat Ipek punya pengalaman menarik dalam hal takhayul kucing hitam. Menurutnya, sejak kecil dia diajarkan kepercayaan kucing hita membawa nasib buruk. Artinya, takhayul itu telah ada sejak lama di masyarakat.
“Kita suka memisahkan orang berdasarkan warna kulit, etnis, dan ras,” kata Demir. “Ternyata, kita juga melakukan hal serupa terhadap kucing.”
Kivanc Savas, spesialis di Departemen Bantuan Sosial Kotamadya Fatih, tidak melihat soal takhayul sebagai alasan masyarakat tidak menyukai kucing hitam. Menurutnya, faktor utama orang mengadopsi kucing adalah daya tarik visuall.
Kucing hitam, katanya, tidak memiliki daya tarik visual. Kucing hitam adalah pilihan kesekian. Orang yang mengadopsi kucing hitam akan selalu membuangnya kembali ke jalan-jalan.
Sadef Goksu, spesialis layanan sosial di Komadya Fatih, mengatakan takhayul tentang kucing hitam tidak memiliki dasar. “Saya mengadopsi kucing hitam, putih, dan warna lain. Saya tidak percaya takhayul. Kucing hitam tidak membawa nasib buruk,” kata Goksu.