Crispy

Ratusan Orang Mengungsi Setelah Insiden Pembunuhan Warga Oleh Gerakan Terkait ISIS

Namun demikian Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyautama, mengutip apa yang disebutnya disampaikan kapolda, tidak ada rumah ibadah yang dibakar di lokasi. “Memang rumah ada yang dibakar, namun tidak ada gereja,”kata Yoga.

JERNIH– Empat orang warga tewas dalam penyerangan yang diduga dilakukan oleh kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Keempat warga itu ditemukan meninggal dengan luka sabetan senjata tajam dan dalam keadaan terbakar pada Jumat lalu, di perkampungan mereka di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, sekitar 90 kilometer dari Palu, kata Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Didik Supranoto.

Didik mengatakan, saksi menyatakan pelaku pembunuhan adalah MIT–kelompok militan lokal yang telah berbaiat kepada ISIS, dan salah satu penyerangnya diduga pemimpin kelompok itu, Ali Kalora. “Petugas perlihatkan foto-foto DPO (daftar pencarian orang) ke saksi dan saksi mengenali salah satu pelakunya adalah Ali Kalora,” ujar Didik.

Didik menambahkan bahwa aksi ini memiliki ciri kekerasan yang dilakukan MIT sebelumnya di Kabupaten Poso dan Parigi Moutong.

“MIT itu terbiasa melakukan aksi secara acak. Korban ini pun pasti mereka tidak kenali. Namun, namanya teroris pasti akan melakukan tindakan teror untuk menakut-nakuti,”kata dia.

Pemimpin Gereja Bala Keselamatan di Indonesia mengatakan korban adalah jamaah mereka dan mengutuk kekerasan itu sebagai “perbuatan yang tidak berperikemausiaan.” “Tindakan kekerasan, dengan alasan dan cara apapun, merupakan tindakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia,” demikian pernyataan gereja tersebut, sambil mendesak pemerintah dan kepolisian terkait untuk berusaha mencegah agar peristiwa serupa tidak terulang,” kata dia. Bala Keselamatan mengatakan bahwa bangunan yang dibakar termasuk pos pelayanan gereja.

Namun demikian Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyautama, mengutip apa yang disebutnya disampaikan kapolda, tidak ada rumah ibadah yang dibakar di lokasi. “Memang rumah ada yang dibakar, namun tidak ada gereja,”kata Yoga.

Keempat korban yang kesemuanya laki-laki itu bernama Yasa, Pinu, Naka, dan Pedi, yang semuanya memiliki hubungan keluarga. Menurut Didik, informasi pembunuhan ini dilaporkan oleh Ulin, anak Yasa.

“Setelah kami terima laporan, sekitar pukul 14.30 WITA aparat gabungan langsung menuju ke lokasi kejadian,”kata Didik.

Naka dan Pedi ditemukan tewas dengan kondisi terbakar sementara mayat Yasa ditemukan dengan posisi tanpa kepala, kata Didik. Mayat Pinu juga ditemukan di depan rumahnya dengan beberapa luka di bagian tubuh akibat senjata tajam.

Perburuan

Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyautama mengatakan delapan rumah, termasuk milik korban, dibakar dalam kejadian itu. Yoga mengatakan petugas juga mendapati ceceran darah dan jejak sepatu mengarah ke arah perbukitan.

“Di rumah korban bernama Yasa dilaporkan hilang beras sekitar 40 kg dan kemungkinan besar diambil oleh kelompok tersebut,”ujar Yoga.

Yoga menjelaskan bahwa saat ini juga pihaknya sudah dibantu oleh Satgas Operasi Tinombala melakukan perburuan terhadap pelaku yang diduga berlari ke arah perbukitan Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.

“Hari ini tim gabungan juga sudah berpencar dan melakukan perburuan dari sejumlah titik yang dicurigai sebagai jalur pelarian pelaku,” tutupnya.

Katuan Tinombala yang terdiri dari anggota kepolisian dan TNI dibentuk pada 2016 untuk memburu MIT yang saat itu sempat beranggotakan 40-an orang. Kepolisian mengatakan satgas tersebut akan terus diperpanjang hingga keseluruhan anggota MIT yang diyakini tinggal sebelas orang itu, tertangkap.

Warga mengungsi

Kepala Desa Lembantongoa, Deki Basalulu, mengatakan, 150 keluarga atau sekitar 750 jiwa mengungsi pascakejadian penyerangan tersebut. “Saat ini, 150 keluarga itu sudah berada di tempat aman yang berjarak sekitar sembilan kilometre. Kami berharap ada bantuan untuk warga yang mengungsi itu,” kata Deki saat dihubungi BenarNews via telepon.

Dia menyebutkan, bantuan yang dibutuhkan warga antara lain makanan dan minuman. Termasuk kebutuhan anak bayi dan ibu hamil. “Sekarang pemerintah yang turun tangan memberikan bantuan beras kepada warga yang mengungsi,”kata Deki, menambahkan.

Desa Lembantongoa merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Sigi yang memiliki akses tembus ke wilayah Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso melalui hutan dan pegunungan. Wilayah pegunungan ini merupakan tempat persembunyian militan MIT. Mayoritas warga di sana adalah migran yang berprofesi sebagai petani.

Menurut polisi, jalur menuju ke desa tersebut memang masuk dalam wilayah operasi karena sejak dulu diduga sebagai jalur pelintasan kelompok MIT. Selain karena naik turun gunung dan masuk hutan, akses jalan menuju desa juga tidak bagus sehingga waktu perjalanan ke sana bisa sampai lima hingga enam jam dari Palu.

International Christian Concern (ICC), sebuah kelompok yang berbasis di Amerika Serikat yang mengadvokasi penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, menyebut pembunuhan itu sebagai serangan “teroris”. “ICC berduka atas tewasnya saudara-saudara kami dari Indonesia yang dibunuh secara brutal oleh tersangka teroris,” kata Gina Goh, manajer regional ICC untuk Asia Tenggara, dalam sebuah pernyataan di situs grup tersebut. Ia mendesak pemerintah untuk mengadili pelakunya.

Mantan Deklarator Perdamaian konflik Poso, Pendeta Rinaldy Damanik meminta aparat keamanan mengusut tuntas pelaku pembantaian tersebut. “Peristiwa ini diduga dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata MIT,”kata Damanik dalam sebuah siaran pers.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sulteng, Zainal Abidin, mengutuk keras pembunuhan itu dan meminta warga di Sulteng tidak terprovokasi. “Kita harus jaga kerukunan ini. Karena kita tahu bersama sampai hari ini kerukunan dapat dibina dengan baik di Sulteng,” ujar Zainal.

Tahun ini setidaknya dua warga sipil tewas mengenaskan dalam dua kejadian terpisah. Sebuah video penggorokan salah seorang warga yang tewas tersebut sempat beredar, di mana dalam video tersebut seorang yang diyakini sebagai Ali Kalora mengatakan akan membunuh aparat atau pun warga yang berpihak pada kepolisian. [BenarNews]

Back to top button