Seorang Menteri di India Mogok Makan Menuntut Ketersediaan Air Bagi Warga Miskin
- Atishi menyalahkan Haryana, negara bagian tetangga Delhi, yang memanfaatkan banyak air untuk pertanian.
- Akibatnya, Sungai Yamuna mengering dan 2,8 juta penduduk Delhi menderita kekurangan air.
JERNIH — Atishi, menteri air Delhi, menggelar mogok makan tanpa batas waktu untuk menuntut lebih banyak suplai air minum bagi warga miskin ibu kota India.
“Ada 2,8 juta orang miskin di Delhi yang menginginkan setetes air,” kata Atishi seperti dikutip Hindustan Times, Senin 24 Juni, atau hari keempat mogok makan. “Saya akan mengakhiri mogok makan ini jika 2,8 juta orang miskin di Delhi menikmati air.”
Jutaan orang India menghadapi krisis air setiap musim panas, atau ketika perminatan air meningkat di sektor pertanian, perkantoran, dan rumah tangga, akibat terbatasnya pasokan. Gelombang panas tahun ini memperburuk situasi krisis, dengan Delhi dan pusat teknologi di selatan Bengaluru paling menderita.
Delhi tergantung pada Sungai Yamuna, yang mengalir membelah ibu kota. Sebagian kebutuhan air penduduk terpenui dari sungai ini. Namun, aliran sungai melambat selama bulan-bulan musim panas yang kering kerontang. Kekurangan air memicu protes dan seruan untuk konservasi air lebih baik.
Atishi menyalahkan Haryana, negara bagian di samping Delhi, karena menghabiskan sebagian besar air sungai.
Pemerintah negara bagian Haryana menjawab salah urus konservasi air yang menyebabkan Delhi kekurangan air. Para ahli mengatakan tinjauan tingkat federal terhadap perjanjian pembagian air berlangsung, yang telah berlangsung beberapa dekade, sangat diperlukan untuk mengakomodasi pertumbuhan populasi.
Delhi, kota berpenduduk 20 juta jiwa, adalah salah satu ibu kota terpadat di unia. Lingkungan kelas atas dengan halaman rumput terawat hanya berjarak beberapa mil dari kawasan kelas pekerja miskin dan daerah kumuh yang muncul di luar rencana.
“Selain pembangunan tak terencana, alokasi air kota dari sungai tidak berubah sejak 1994,” kata Dapinder Kapur, direktur program air di Center for Science and Environment.
Menurut Kumar, yang disepakati 10 sampai 15 tahun lalu tidak cocok lagi. Jadi, ada situasi krisis dan ini masalah distribusi.
Vimledu Jha, aktivis lingkungan hidup, mengatakan krisis air di Delhi tidak akan hilang. “Delhi memerlukan rencana pengelolaan air yang komprehensif, sehingga Sungai Yamuna tidak bisa menjadi satu-satunya sumber air utama,” katanya.
Delhi sedang menyusun rencana memperbaiki permukaan air tanah, dengan menghidupkan kembali danau-danau dan menyimpan luapan air Singai Yamuna di musim hujan. Namun pejabat pesimistis dengan rencana ini, karena kekurangan air pada musim panas ekstrem sulit diatasi.