Crispy

Sultan Baabullah Akhirnya Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional

Dalam peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 2020, Presiden Joko Widodo menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepada enam pahlawan bangsa. Ketetapan tersebut di teken Jokowi dalam Keputusan Presiden (Keppres) nomor 117/TK/2020 pada 6 November 2020.

Tokoh-tokoh yang mendapat anugrah tersebut yaitu : Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara, Macmud Singgirei Rumagesan – Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat, dan Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari Provinsi DKI Jakarta, Arnold Mononutu dari Provinsi Sulawesi Utara, Mr Sutan Mohammad Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara, dan Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi dari Provinsi Jambi.

Untuk mengenang kepahlawanan para tokoh di atas maka berikut ini adalah kisah singkat dari salah satu pahlawan nasional yang telah ditetapkan oleh Jokowi, yakni Sultan Baabulah penguasa Kesultanan Ternate yang merupakan salah satu kesultana teryua di Nusantara

Sultan Baabullah dalam sumber Eropa disebut Baab atau Babu. Ia menjadi penguasa Islam ke 7 di Kesultanan Ternate dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah. Bila dijujut dari awal berdirinya Ternate tahun 1257 M oleh Baab Mashur maka Baabullah adalh penguasa Ternate ke 24.

Sultan Baabullah diyakini lahir 10 Februari 1528  dan wafat pada Juli 1583. Kiprahnya sebagai sultan patut dicatat dengan tinta emas. Sultan Baabullah termasuk sosok pemimpin yang berhasil mengenyahkan portugis dari tanah Ternate. Ia juga mampu membawa Ternate ke puncak keemasannya.

Perlawanan kepada Portugis digelorakan saat ayahnya, yaitu Sultan Khairun tewas ditikam oleh Martin Afonso Pimentel, keponakan Kapten Diego Lopes de Mesquita. Kejadian naas tersebut terjadi di Benteng Kastela pada 25 Februari 1570.

Sultan Baabullah kemudian mencanangkan menggempur Portugis dan mengusirnya dari Ternate. Selain menuntut pembunuhan terhadap ayahnya, juga menegakan kembali agama Islam karena orang-orang Eropa mulai menngkristenkan orang-orang Ambon pada tahun 1560-an.

Pada kisaran 1571, Sultan Baabulah mulai melancarkan penyerangan terhadap benteng-benteng Portugis di Ternate. tiga benteng portugis yaitu Toluco, Santa Lucia dan Santo Pedro jatuh satu persatu. Benteng terkuat Portogis yakni Sao Joao dikepung secara ketat.

Ditahun yang sama, sembari mengepung benteng Sao Joao, Sultan Baabullah menyerang pusat-pusat misi Yesuit di Halmahera yang didirikan oleh Fransiskus Xaverius tahun 1546. Selain itu Pasukan Sultan Baabullah juga menguasai Hoamoal, Manipa, Boano dan Ambelau.

Empat tahun kemudian, yaitu 1575 tanah kekuasan Portugis di Ternate hampir semuanya di kuasai Sultan Baabullah. Demikian pula pengepungan Benteng Sao Joao tidak dikendurkan. Akhirnya di tahun itu, orang-orang portugis di benteng Sao Joao yang dipimpin Kapten Nuno Pereira de Lacerda menyerah.

Sultan Baabullah memanfaatkan benteng yang dibangun Portugis tahun 1522 tersebut sebagai istana sekaligus pertahanan. setelah diperkuat dan dimodifikasi  benteng itu diganti namanya menjadi Gammalamo. Sultan Baabullah juga membangun benteng tambahan berjarak 5 km sebelah timur yang disebut Benteng Kota Janji.

Di bawah pemerintahannya Kesultanan Ternate mencapai zaman keemasan. Perniagaan berkembang pesat. Kapal-kapal dagang Malaka dapat singgah tiap tahun. Demikian pula para pedagang barat diperlakukan sama. Tidak ada hak-hak istimewa untuk siapapun. Bahkan pedagang barat oleh Sultan Baabullah diharuskan melepas topi dan sepatu mereka agar menghormati tuan rumah.

Selain itu, Sultan Baabullah dikenal ahli diplomasi. Ia menjalin kerjasama dengan para penguasa lain di Nusantara. Terutama dengan negeri-negri yang sudah menganut Islam, seperti di pesisir Jawa, Sultan Baabullah menjalin persekutuan. Persahabatan juga dijalin dengan pemimpin non muslim, diantaranya dengan Tunjalo, Raja Gowa.

Kesultanan Ternate semakin kuat setelah menundukan Selayar di Sulawesi selatan. Pada tahun 1580 semua kekuasaan di Sulawesi utara juga ditaklukan. Termasuk juga kerajaan Banggai dan Tobungku di Sulawesi Timur, Tiworo di Sulawesi Tenggara dan Buton di kuasai sang Sultan.

Bahkan kekuasaanya sampai ke Solor di Timor dan kepulauan Banda. dua wilayah tersebut terkenal sebagai penghasil cendana dan pala. Maka tak pelak Kesultanan Ternate pada masa jayanya menjadi penguasa jalur rempah.

Tak salah jika sejarawan dan ahli geografi Belanda François Valentijn menyebut Baabullah sebagai ‘Penguasa 72 Pulau’. Untuk menggambarkan kekuatan dan kekuasaan Sultan Baabullah, sumber sejarah Spanyol menuliskan bahwa Sultan dapat memanggil 2000 kora-kora dan 133.300 prajurit dari Sulawesi sampai Papua untuk bertempur di bawah panjinya. Kora-kora adalah perahu khas Ternate yang dapat difungsikan sebagai untuk armada perang

Karena makmur dalam perdagangannya pedagang-pedagang dari Turki Utsmani pernah singgah ke istana Gammalamo. Demikian pula kontak diplomatik dilakukan Sultan Baabullah dengan Mekkah, Tanah Melayu dan Aceh Kesultanan Ternate juga mendapat bantuan militer  di Ambon dari Jepara.

Selain maju dalam perdagangan, agama Islam pun berkembang pesat. Hal itu kemungkinan  untuk merespon penyebaran agama Penyebaran Islam sendiri mengalami kemajuan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen

pada bulan Juli 1583, Sultan Baabullah wafat.Ia dimakamkan di di Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Ternate Pulau, Ternate, Maluku Utara. Kekuasaanya digantikan oleh putranya yaitu Said Barakati (1583-1606) yang tetap melanjutkan kebijakan ayahnya untuk terus menentang Portugis dan Spanyol serta menjalin hubungan dengan negeri-negeri lainya.

Back to top button