Tak Percaya Rusia akan Invasi Ukraina, Penduduk Kiev Siap Hadapi Perang Habis-habisan
- Sebagian orang Ukraina tidak percaya Rusia akan menyerang Ukraina.
- Penduduk Kiev juga yakin bom tidak akan jatuh di ibu kota.
- Penduduk Ukraina keturunan Rusia tidak tahu ke mana akan berpihak.
JERNIH – Hari ini, setiap jam — dari fajar hingga senja — lagu kebangsaan Ukraina yang menyentuh perasaan bergema di Maidan Square di Kiev, seperti yang terjadi tahun 2014.
Delapan tahun lalu, lagu kebangsaan Ukraina bergema bersamaan seruan untuk bergabung dengan massa pro-Uni Eropa. Sebuah peristiwa bersejarah dan berdarah yang alun-alun Maidan yang dingin membeku.
Peristiwa itu menandai era baru politik Ukraina. Kali pertama sejak lepas dari Uni Soviet, warga Ukraina memperlihatkan nasionalisme-nya untuk lepas dari orbit Rusia.
Hari ini, saat Ukraina bersiap menghadapi perang habis-habisan melawan Rusia, lagu itu bergema lagi. Kali ini bukan hanya di Maidan Square, tapi di sekujur negeri.
Menurut perkiraan AS, Rusia menumpuk 150 ribu tentara di perbatasan Ukraina. Parlemen Rusia juga telah menyetujui pengiriman ‘penjaga perdamaian’ ke bagian timur Ukraina; Donbass dan Luhanks, yang diakui Moskawa sebagai bagian Rusia.
Namun di jalan-jalan di sekujur Kiev, ibu kota Ukraina, tidak ada orag berhenti untuk melihat layar raksasa yang memperlihatkan gambar-gambar bendera kuning biru, dan lagu kebangsaan bergema di pengeras suara.
“Semuanya akan baik-baik saja,” kata Zoya Rozuman, wanita pekerja pembersih, kepada The Moscow Times. “Saya tidak berpikir orang Rusia, mereka yang tinggal di sekitar Moskwa, dan Vladimir Putin ingin kami mati. Mereka juga tidak ingin putra mereka pulang di dalam kantong mayat.”
Alih-alih mengkhawatirkan perang, wanita usia 59 tahun itu berencana menghabiskan akhir pekan dengan merawat kebun.
Pijakan Perang
Lagu kebangsaan Ukraina mulai diputar Selasa lalu, ketika anggota parlemen Rusia mengizinkan penggunaan kekuatan militer di seluruh negeri.
Di Kremlin, Putin malu-malu mengatakan kepada wartawan bahwa pengerahan pasukan Rusia akan tergantung situasi di lapangan.
Namun, dentuman genderang perang yang semakin dekat membuat orang di Kiev khawatir. Anehnya, tidak banyak penduduk Kiev yakin ibu kota akan diserang.
“Kami takut perang, tapi kami siap perang. Sebab ini perang defensif,” kata Atanloliy Torasenko, lelaki usia 74 tahun.
Seperti kebanyakan orang Ukraina, pensiunan ini merasa pemerintahnya yang didukung Barat tidak melakukan banyak upaya untuk mencegah Rusia mencapolok Semenanjung Krimea tahun 2014.
Kini, Moskwa mengakui kemerdekaan dua wilayah timur Ukraina; Donbas dan Luhanks, yang melancarkan pemberontakan mematikan sejak 2014.
Pemerintah Ukraina mengatakan siap berperang, dengan Kementerian Pertahanan memberi peringatan akan kesulitan dan kerugian nyawa manusia yang harus dibayar.
Siswa dan pekerja mulai menerima instruksi email dari sekolah dan bos mereka tentang bagaimana mempersiapkan yang terburuk, termasuk apa yang harus ditimbun dan di mana menemukan tempat perlindungan terdekat jika terjadi serangan bom.
Marah Kepada Putin
Oleg Koras (38) bergabung dengan unit pertahanan teritorial Kiev. Meski berlatih dua kali sepekan, Koras masih meras tidak berdaya.
“Jika bom mulai jatuh ke kota kami, apa yang bisa kami lakukan selain melompat ke tempat perlindungan,” katanya. “Tapi kami tahu bagaimana meresponnya.”
Selain gelisah, kemarahan kepada Putin juga meningkat. Selama dua dekade Putin susah payah menjaga Ukraina tetap di bawah pengaruh Rusia. Kini, Putin menyaksikan Ukraina semakin dekat dengan Barat.
Upaya Putin memicu dua revolusi pro-Barat. Pertama tahun 2004, dan terakhir 2014. Keduanya membawa Ukraina dan Rusia sangat dekat dekat dengan perang.
“Putin bukan orang yang bisa diajak bicara,” kata Maksym Dizhechko, pengacara usia 41 tahun. “Putin seperti anak berbada besar yang membuli semua oarng, dan baru tahu sakitnya dibuli ketika mendapat perlawanan.”
Ksenya Baliy, DJ berusia 31 tahun, membenarkan pendapat Dizhechko. “Saya rasa Putin tidak pantas berada di tempatnya saat ini,” katanya. “Saya ingin Putin menghilang secepatnya dari planet ini.”
Volodymyr Khroviy mengidentifikasi diri sebagai orang Rusia dari Ukraina. Keluarganya tinggal di sisi lain perbatasan, tapi rumahnya di Ukraina.
“Jika orang Rusia itu datang dengan tank dan senjata, saya pasti tidak akan senang,” katanya.