Tentara Myanmar Berondong Masjid, Bunuh Jamaah Sedang Tidur
- Seluruh dari lima orang yang tidur di Masjid Sule ditangkap.
- Terdiri dari dua bocah usia 10 dan 11 tahun, satu remaja usia 16 tahun, dan dua orang dewasa.
- Di Wilayah Sagaing, seorang Muslim aktivis anti-kudeta diculik orang-orang berpakaian preman.
JERNIH — Tentara Myanmar, Kamis 15 April, menyerbu Masjid Sule di Kotapraja Maha Aung Myay, Mandalay, menembak mati seorang jamaah yang sedang tidur dan melukai lainnya.
Ko Ko Htet, usia 20 tahun, sedang tidur ketika lima tentara masuk ke dalam masjid dan menembak membabi buta, merusak mimbar, dan ornamen masjid. Ko Htet ditembak di dada dan tewas di tempat.
Sebagai Muslim, Ko Htet menghabiskan malam sampai usai Subuh di dalam masjid. Setelah itu ayah satu anak berusia lima tahun itu tertidur di salah satu sudut masjid.
Saksi mata mengatakan tentara menyerbu sekitar pukul 10:00 pagi. Sebelum memasuki masjid, tentara memukul seorang pria cacat dan dua orang lainnya.
Ko Aung (35) ditembak di punggung dan pinggang. Ko Min Latt (42), kakak ipar Ko Htet, terluka di salah satu lengannya.
Tentara pergi meninggalkan masjid dengan membawa lima orang lainnya, dua di antaranya bocah usia 10 dan 11 tahun, satu remaja usia 16 tahun, dan lainnya orang dewasa.
Semuanya ditangkap saat sedang tidur di dalam masjid. Mereka adalah orang-orang yang bertugas membangunkan sahur selama Ramadan.
Di tempat lain di Mandalay pada hari yang sama, tentara membubarkan kolom protes pekerja medis sebelum mereka berbaris. Sebanyak 16 orang dibawa tentara entah ke mana.
Di kota Monywa, wilayah Sagaing, Wai Moe Naing — seorang pemimpin protes terkemuka — diserang dan diculik petugas berpakaian preman selama rapat umum.
Muslima aktivis berusia 26 tahun itu sedang mengendarai sepeda motor sebagai bagaian aksi protes di Jl Myoma Shwebo Kyaung, ketika petugas menabrak dengan kendaraan mereka.
Pria berpakaian preman itu kemudian keluar dari kendaaran, menyambar Wai Moe Naing, serta seorang wanita pengunjuk rasa. Keduanya di bawa ke balai kota.
Pengunjuk rasa lain, yang sedang berpawai, melarikan diri setelah penangkapan.
Wai Moe Naing berpartisipasi dalam semua protes jalanan anti-kudeta di Monywa sejak 6 Februari. Ia memobilisasi penduduk dan memimpin mereka.