Crispy

Tikus dan Serigala, Tersangka Baru Penyebar Virus Wuhan

Beijing — Awal Desember 2019 lalu, sebelum virus misterius muncul dan menjangkiti banyak orang, siapa pun bisa mengunjungi Pasar Hewan Hidup Huanan di pusat kota Wuhan.

Toko-toko hewan berjajar, dengan bagian depan berupa hamparan satwa liar dalam kandang; anak serigala, ular, musang, koala, salamander, tikus, burung merak, landak, rubah, dan masih banyak lagi.

Jika konsumen tak ingin pergi ke pasar, mungkin karena sibuk, silahkan buka internet. Beberapa toko menyediakan layanan penjualan online lengkap dengan daftar hewan liar yang diinginkan, harga, dan ongkos kirim.

Virus Misterius Wuhan Diduga Berasal dari Ular Belang

Tagline-nya cukup panjang; Baru disembelih, dibekukan, dan dikirim sampai ke depan pintu Anda. Ada lagi layanan penjualan hewan liar diternak untuk Misa.

Tahun 2002-2003, Cina dilanda wabah SARS dan dibuat malu karena virus itu berasal dari musang liar yang dikonsumsi secara massal. Kini, terdapat dugaan virus misterius — sering disebut virus Wuhan atau Wuhan pneumonia — berasal dari hewan liar yang dijajakan di kota itu.

Korban pertama virus, yang kini bernama Novel 2019 Coronavirus, atau 2019 nCoV), adalah karyawan toko-toko di pasar itu. Beijing News sempat menurunkan gambar pasar Wuhan sebelum ditutup 1 Januari 2020, yang masih menjual hewan liar.

Jika terbukti, Cina mungkin harus menanggung malu kali kedua. Journal Medical Virologi memperkirakan virus berasal dari krait, ular belang putih-hitam paling berbisa.

Muncul lagi dugaan, virus itu berasal dari dua hewan liar; tikus dan anak serigala liar. Dugaan ini belum terkonfirmasi, karena pasar Wuhan telah tutup.

Dr Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, mengatakan pihak berwenang percaya birus berasal dari binatang buas di pasar Wuhan, kendati sumber pasti belum diketahui. 

Cina melarang perdagangan sejumlah spesies liar, dengan beberapa memerlukan lisensi khusus. Namun ada perturan longgar untuk beberapa spesies yang dibudidayakan.

Virus Misterius Picu Saling Boikot Wisatawan Cina dan Jepang

Satwa apa pun dikonsumsi penduduk Cina untuk dua alasan; mitos dan kelezatan dagingnya. Orang Cina percaya mengkonsumsi satma liar tertentu dapat meningkatkan kesehatan tubuh, kendati tidak terbukti secara farmakologis dan sains.

Dr Christian Walzer, direktur eksekutif Program Kesehatan Masyarakat Konservasi Margasatwa di AS, mengatakan justru mengkonsumsi satwa liar membawa risiko. 

“Sekitar 70 persen penyakit menular baru berasal dari satwa liar,” katanya. “Perambahan habitat hewan liar meningkatkan kemungkinan penyebaran patogen.”

Pasar hewan liar, lanjut Walzer, menawarkan peluang bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar. Inang virus SARS, misalnya, adalah kelelawar. Virus berpindah ke musang di pasar hewan liar.

Ilmuwan percaya, SARS juga menginfeksi kucing, dan hewan lain di pasar liar, yang semuanya dikonsumsi publik Cina.

Virus Wuhan tak Lebih Mematikan Dibanding SARS

Wabah SARS memaksa Cina menindak penduduk yang mengkonsumsi musang dan kelelawar. Namun perdagangan hewan itu terus berlanjut. Buktinya, sebelum ditutup hewan-hewan itu dijajakan di pasar hewan liar Wuhan.

Back to top button