Tips Membawa Sepeda di Mobil Ala Rifat Sungkar
Jakarta – Sejak pandemi Covid-19, bersepeda menjadi salah satu kegiatan olahraga yang paling diminati dan menjadi tren di Indonesia. Kegiatan bersepeda bersama atau gowes bareng telah menjadi kegiatan yang lazim dilakukan di jalan raya baik pagi maupun sore hari.
Tidak jarang pula masyarakat membawa sepeda mereka di mobil untuk bersepeda ditempat-tempat yang jauh dari pusat kota. Tentunya kegiatan ini membutuhkan kendaraan yang lega untuk bisa membawa sepeda di mobil dan menuju tempat tujuan.
Rifat Sungkar, perelly dan pemilik sekolah pengemudi Rifat Driving School, yang juga rutin bersepeda ini mengungkapkan tipsnya untuk membawa sepeda di mobil. Rifat biasanya berangkat jam 5 pagi dari rumah dan membawa sepeda menggunakan mobil ke titik temu untuk bersepeda bersama teman-temannya.
“Banyak cara bisa dilakukan untuk membawa sepeda dengan mobil, bisa dalam kabin, di belakang mobil, di bagasi atau bahkan di atas mobil,” ujar Rifat yang juga Brand Ambassador Mitsubishi di Indonesia, dalam keterangannya, Kamis (13/8//2020).
Pembalap yang sering mengikuti sprint rally di Tanah Air, hingga Asia Pacific Rally Championship (APRC), World Rally Championship (WRC), maupun Rally America itu biasanya membawa sepeda di dalam kabin Mitsubishi Xpander atau Mitsubishi Pajero Sport miliknya. Memiliki sepeda jenis road bike yang tergolong besar tetap membuat sepeda dengan mudah masuk ke dalam kabin.
“Kalau bawa sepeda di mobil, memang paling enak menggunakan mobil SUV atau MPV. Pakai Xpander itu sudah paling enak untuk bawa sepeda, karena muat dan tidak perlu lepas ban sepeda. Caranya ban belakang masuk terlebih dahulu, seandainya sepeda ingin ditidurkan bagian Crank harus dibagian atas jangan sampai tertindih oleh frame sepeda itu sendiri. Begitu juga dengan Pajero Sport, sepeda saya juga dengan mudah masuk ke dalam kabin,” jelas Lulusan Deaking University, Melbourne, Australia ini.
Untuk memasukkan sepedanya ke dalam kabin mobil, Rifat hanya perlu melipat bangku baris ketiga dan baris kedua. Setelah itu, sepeda dapat masuk tanpa masalah. Apalagi untuk sepeda lipat, tidak perlu sampai melipat kursi baris kedua.
Lalu bagaimana jika ingin membawa sepeda di atas mobil atau di belakang? Menurut Rifat cara itu masih bisa dilakukan, hanya saja perlu kewaspadaan yang lebih dari sisi pengemudi. “Bisa-bisa saja bawa sepeda di atas atau di bagian belakang mobil dengan rak khusus sepeda. Tapi jika sepeda di taruh di atas itu agak riskan untuk kondisi jalanan di Indonesia. Karena hambatannya banyak, takut nanti tersangkut pohon atau portal,” ungkap penerima “Bintang Prestasi” oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006 itu.
Begitu pula ketika membawa sepeda di bagian belakang mobil, Rifat menjelaskan kalau sekarang ini sepeda umumnya lebih panjang dari lebar mobil itu sendiri. Jadi akan lebih susah, karena harus melepas kedua ban sepeda terlebih dulu. Jadi pengemudi harus benar-benar memahami hal tersebut.
Meskipun Rifat selalu menghindari bersepeda di jalan raya yang padat, tapi ia juga tidak bisa mengelak ketika mengemudi di jalan raya dan bertemu dengan rombongan pesepeda ini. Menurutnya sebagai sesama pengguna jalan harus saling menghargai. Selain infrastruktur jalan di Indonesia yang belum sepenuhnya mendukung jumlah pesepeda apalagi seperti sekarang ini yang sedang meningkat trennya, menurut Rifa, semua harus saling berbagi jalan.
Ia mencontohkan kalau di Australia itu ada kampanye tentang berbagi dengan pesepeda di jalan raya. Kampanye “A Metter Matters”, yang artinya antara kendaraan yang menggunakan mesin sama yang tidak menggunakan mesin itu harus menjaga jarak keseimbangannya sejauh satu meter. “Hal ini untuk mengantisipasi ketika tiba-tiba mobil berhenti, atau tiba-tiba ada mobil yang membuka pintu. Jadi sebelah-sebelahan itu harus satu meter jaraknya. Bukan depan-depanan ya,” jelas Rifat yang ditunjuk sebagai duta Safety Driving Indonesia, dalam rangka kampanye FIA dan UNESCO untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.
Ia mengakui, hal seperti itu yang agak sulit untuk diterapkan di sini, mengingat kondisi jalannya juga tidak banyak yang lebar. Jadi sebaiknya memang harus sama-sama saling mengerti, kalau yang naik sepeda tidak bergerombol sampai menghabiskan lebar jalan, dan yang naik mobil atau motor juga harus menjaga kecepatan ketika bertemu dengan rombongan sepeda.
“Kalau di Indonesia harus hati-hati, karena antara infrastruktur dan jumlah pesepeda itu tidak seimbang. Kita tidak bisa juga membatasi jumlah satu sama lainnya. Jadi harus ada saling pengertian sesama pengguna jalan,” tambah Rifat. [*]