Crispy

Warga Kecewa PM Jepang Paksa Olimpiade di Tengah Pandemi

Baru sekitar satu persen warga Jepang menerima vaksinasi lengkap, sementara jutaan dosis vaksin hanya disimpan di dalam pendingin.

JERNIH-Ratusan ribu warga Jepang menandatangani petisi yang berisi pembatalan pelaksanaan Olimpiade Tokyo.

Petisi tersebut merupakan bentuk kemarahan sekitar 300 ribu warga Jepang karena Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, dianggap memaksa pelaksanaan Olimpiade di tengah pandemi Covid-19

Suga membuat marah publik Jepang karena berulang kali bersumpah bahwa Olimpiade akan berlangsung dengan aman meski di tengah pandemi Covid-19. Suga juga meminta warga bertahan di tengah langkah penanganan Covid-19 yang dirasa kurang.

Sebuah surat kabar menampilkan iklan satu halaman penuh yang mengatakan Jepang akan dibunuh oleh politik karena pemerintah ingin menekan pandemi Covid-19 tanpa vaksinasi.

“Tidak ada vaksin. Tidak ada obat. Apakah kita harus bertarung dengan tombak bambu? Kami akan dibunuh oleh politik jika hal-hal tetap tidak berubah,” demikian bunyi iklan tersebut seperti yang dikutip dari AP, pada Rabu (12/5/2021).

Iklan dilengkapi ilustrasi simbol virus corona berwarna merah pada foto era Perang Dunia II dari anak-anak Jepang yang sedang berlatih untuk bertarung dengan tongkat berbentuk pedang Naginata. Iklan itu dibuat oleh sebuah penerbit yang berbasis di Tokyo, Takarajimasha.

Saat ini hanya satu persen dari masyarakat yang telah sepenuhnya mendapat vaksinasi. Sementara jutaan dosis vaksin tidak digunakan dan tersimpan di dalam pendingin.

Dalam hal vaksinasi Corona, Jepang tertinggal jauh. Proses vaksinasi melambat dan para pejabat menyalahkan kekurangan persediaan yang diimpor dari Eropa. Proses melambat juga karena kekurangan staf. Sekitar 7,6 juta dosis, atau lebih dari setengah dosis yang didatangkan, tidak digunakan dan hanya disimpan.

Beberapa rumah sakit mulai kekurangan tempat tidur bagi orang sakit dan sekarat. Pemerintah Jepang terus memperpanjang keadaan darurat.

Bulan lalu, untuk ketiga kalinya dinyatakan keadaan darurat di Osaka, yang menjadi pusat lonjakan kasus Covid-19. Keadaan darurat itu juga berlaku di Tokyo dan dua daerah lainnya. Menyusul kemudian dua daerah lain, yakni Aichi di Jepang Tengah dan Fukuoka di selatan.

Pemerintahan Suga dianggap terlalu lambat dan lemah dalam penanganan pandemi. Suga berulang kali menyatakan ia berkomitmen untuk menyelenggarakan pertandingan dengan aman dan melindungi kehidupan serta kesehatan masyarakat.

Video soal pernyataan Suga itu dibagikan di media sosial, dan orang-orang mengunggah komentar seperti “Perdana Menteri rusak.”. (tvl)

Back to top button