Wawancara Khusus Dengan Jendral Doni Monardo: “Ada 45 Juta Orang Indonesia tak Percayai Bahaya Virus Covid”
“Saya mau mengatakan wartawan juga pejuang kemanusiaan,”kata Doni. Kini tercatat lebih 5000 wartawan telah mendaftar menjadi relawan gerakan itu.
Oleh : Ilham Bintang
JERNIH– Terima kasih Ketua Satgas Penanganan Covid19, Letjen TNI Doni Monardo, yang meluangkan waktu sekitar 90 menit untuk wawancara khusus dengan Tim Media Bintang Group. Wawancara itu berlangsung Rabu (14/10) petang di ruang kerjanya lantai 10 Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Pusat.
Bung Egy Massadiah, wartawan senior, yang secepat kilat mengatur waktu kepala BNPB itu. Egy mengontak saya jam 9 pagi, saya minta waktu untuk konfirmasi satu jam, kemudian jadwal wawancara itu pun confirmed.
Teng ! Tepat waktu jam 3 sore. Egy adalah staf khusus Doni. Turut mendampingi tadi Dubes RI untuk Singapura, Suryopratomo (Tommy).
Itulah perjumpaan pertama kami secara fisik dengan Jendral Doni sejak pandemi atau sejak beliau menjabat Satgas Penanganan Covid.
Sesuai prosedur, tim kami : saya, Eko Yuswanto, Rahma Sarita, Ariful Hakim, Nurjaman, dan Ditto harus terlebih dulu diswab test di lantai 2 gedung BNPB. Lulus dari sana kemudian dipersilahkan menuju ke ruang Jendral Doni di lantai 10.
Oh, ya. Wartawan senior Tommy sudah lebih tujuh bulan menjadi relawan Satgas. Sampai sekarang bahkan setelah menjabat Dubes.
Saya mengapresiasi kawan-kawan wartawan itu yang telah bekerja keras siang malam ikut menyokong Satgas menangani pandemi. “Mas Tommy sudah lebih tujuh bulan,” kata Doni. Selama itu mereka sampai sering tidur di kantor.
Wawancara tim tadi seputar penanganan covid dan tantangan-tantangannya ke depan. Bayangkan, menurut Doni, ada sekitar 45 juta orang Indonesia tak mempercayai covid virus berbahaya.
Itu salah satu mendasari kampanye ubah perilaku masyarakat gencar dikampanyekan Jendral Doni bersama ribuan wartawan saat ini. “Saya mau mengatakan wartawan juga pejuang kemanusiaan,”kata Doni. Kini tercatat lebih 5000 wartawan telah mendaftar menjadi relawan gerakan itu. Saya juga mencatat tiga hal menarik lainnya.
Pertama, masyarakat yang bergejala gratis swab test di Puskesmas. Dokter dan tim medis juga gratis swab test sekali seminggu. Di luar dua kategori itu, siapapun bisa swab (misalnya untuk keperluan perjalanan) dengan harga paling mahal Rp 900 ribu (sebelum ini berkisar 1,5 -3 juta).
Yang ketiga, soal vaksin yang diharapkan segera dapat digunakan. Vaksin Cina maupun Vaksin Merah Putih. Itu harapan-harapan di balik tantangan pandemi ini.
Prediksi Anda kapan pandemi di Indonesia berakhir? “ Tidak satu orang atau lembaga ilmu mana pun yang berani memastikan kapan pandemi berakhir,”jawab Doni. Yang penting, masyarakat cukup taati protokol kesehatan. Sampai hari ini itulah cara pencegahan penularan yang paling mujarab.
Rahma Sarita yang menggawangi channel youtube Realita TV mewawancarai Jendral Doni sekitar 40 menit; disambung wawancara Ceknricek.com oleh Ariful Hakim ; dan Eko Yuswanto untuk channel youtube Halo Selebritinet, Cek&Ricek.TV.
Secara khusus saya menyampaikan rasa hormat kepada Jendral Doni, yang menyambut kami di mulut pintu ruang kerjanya dengan salam takzim saat datang.
Begitu juga ketika kami pulang, beliau mengantar kami sampai depan pintu, sambil menitip salam untuk keluarga. Selamat bekerja Pak. Jaga kesehatan. Jangan lupa pakai masker, jaga jarak, sering cuci tangan, banyak doa dan bertawakkal. Seperti pesan Jendral Doni selalu. [ ]