Dum Sumus

Rapat Via Zoom Kian Ngetren, Awas Ada Celah Tak Aman

Jakarta – Selama masa Work From Home (WFH), video conference jadi pilihan untuk berkoordinasi soal pekerjaan. Salah satu aplikasi video conference yang lagi ngetrend adalah Zoom. Namun hati-hati dengan keamanannya.

Keunggulan dari aplikasi Zoom adalah bisa menampung hingga 100 peserta dalam satu sesi. Selain itu, fitur sharing screen memungkinkan semua peserta bisa saling melihat layar masing-masing saat WFH.

Zoom sendiri menawarkan beberapa paket layanan untuk para penggunanya. Ada yang gratis, ada juga yang berbayar. Untuk paket gratis, durasinya dibatasi maksimal 40 menit sekali sesi rapat. Sedangkan paket berbayar membuat Anda bisa mendapatkan fitur yang lebih lengkap dan waktu yang tak terbatas.

Caranya dengan mendaftar paket Zoom Pro atau Zoom Business. Harga paket tersebut mulai dari US$14. Untuk mengunduhnya di laptop, Anda bisa langsung mengunjungi laman https://zoom.us/support/download.

Setelah pengunduhan selesai, install aplikasi Zoom di laptop Anda. Setelah itu, buat akun di zoom.us dengan memakai email. Setelah akun aktif, Anda sudah bisa menggunakan aplikasi Zoom untuk rapat dan kepentingan pekerjaan lainnya.

Namun banyak kalangan mengingatkan kelemahan aplikasi ini karena tidak menerapkan fitur keamanan yang kuat. Zoom menyatakan pada situs web dan dalam buku putih keamanannya bahwa perusahaan mendukung enkripsi end-to-end untuk layanan video rapatnya. Namun penelitian terbaru dari The Intercept mengungkapkan bahwa itu tidaklah benar.

Juru bicara dari Zoom mengkonfirmasi bahwa memang benar kalau aplikasinya saat ini belum bisa menerapkan fitur keamanan enkripsi end-to-end karena sesuatu dan lain hal. “Saat ini, tidak mungkin untuk mengaktifkan enkripsi E2E untuk rapat video Zoom,” katanya, seperti dilansir dari TheVerge, Rabu (1/4/2020).

Zoom memang menggunakan enkripsi TLS, standar yang sama dengan yang digunakan browser web untuk mengamankan situs web HTTPS. Dalam praktiknya, itu berarti data dienkripsi antara pengguna dan server Zoom, mirip dengan konten Gmail atau Facebook.

Namun, enkripsi end-to-end mengacu pada perlindungan konten antar pengguna, bahkan, penyedia layanan tak bisa mengakses konten tersebut sama sekali. Seperti yang diterapkan oleh Signal dan WhatsApp. Sehingga layanan video konferensi milik Zoom ini memiliki celah keamanan yang dapat digunakan bahkan perusahaan bisa mengakses data obrolan antar penggunanya.

Juru bicara Zoom menolak bahwa perusahaan menyesatkan penggunanya. Ia menjelaskan kalau aplikasi Zoom tetap aman digunakan dan perusahaan tidak akan mengakses baik video dan audio selama video konferensi berlangsung. “Ketika kami menggunakan frasa ‘End to End’ dalam literatur kami yang lain, itu mengacu pada koneksi yang dienkripsi dari titik ujung ke titik ujung lainnya dari Zoom,” ungkap Juru Bicara Zoom.

Sementara berdasarkan laporan Motherboard, Zoom ketahuan mengirim data pengguna ke Facebook tanpa sepengetahuan kamu. Data yang dikirimkan juga cukup beragam, intinya detail soal privasi pengguna. Beberapa di antaranya ialah waktu pengguna membuka aplikasi Zoom, model ponsel, lokasi pengguna, operator selular yang dipakai, hingga ID khusus yang dapat digunakan oleh pengiklan atau pihak ketiga dalam mengirimkan iklan yang sudah dipersonalisasi. Data ini tetap dikirim ke Facebook sekalipun pengguna Zoom tak memiliki akun Facebook. [Zin]

Back to top button