Dum Sumus

Vespa Ekstrim : Simbol Persaudaraan di Jalanan yang Menolak Punah

Komunitas Vespa di Indonesia mencapai lebih dari 40.000 orang, yang terus bertambah setiap tahunnya. Jumlah tersebut menududuki posisi kedua setelah negara asalnya, Italia.

Vespa pertama kali masuk ke Indonesia sejak Pasukan Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo kembali ke tanah air pada tahun 1963. Sekembalinya dari tugas, mereka membawa oleh-oleh Vespa. Sejak saat itu deman Vespa melanda Indonesia.

Vespa digunakan sebagai alat transportasi hingga koleksi. Bentuk Vespa tidak pernah berubah sejak pertama kali dibuat. Hal tersebut membuat Vespa dianggap antik meski harganya relatif murah.

Belum lama ini, National Geographic mengangkat tema kelompok Vespa di Indonesia. Kelompok tersebut Vespa yang disorot adalah Vespa Gembel. Yaitu kelompok yang suka memodifikasi Vespa bermesin 2 tax dengan menggunakan alat-alat rongsok. Serta penampilan pengendara yang terlihat kotor, dan berantakan.

Bagi anggota kelompok tersebut, memodifikasi Vespa merupakan suatu karya seni. Skuter tersebut dapat menjelma menjadi berbagai macam bentuk sehingga terlihat seperti mobil hot road, dune buggy, atau tank. Bahkan ada diantara mereka yang menempelkan pohon tumbang pada kreasinya.

Dilansir dari CNA, seorang anggota Vespa Gembel, Nando Anjamara Anjani yang berusia 24 tahun mengatakan jika mereka tidak pernah merasa puas pada hasil kreasinya.

“Anda tidak akan pernah merasa puas dalam memodifikasi Vespa. Ketika Anda berpikir bahwa yang Anda lakukan itu gila, ternyata orang lain jauh lebih gila.”

Bagi penggemar Vespa modifikasi seperti Azani, gaya seperti itu ia sebut sebagai kustomisasi Vespa Ekstrim. Mereka kurang suka disebut Vespa Gembel.

Sebelum modifikasi Vespa seperti ini jadi tren, di Indonesia telah berkembang pemasangan atribut yang ramai pada Vespa, seperti stiker, pelindung angin, penambahan jumlah lampu, bendera dan lainnya.

Menurut Pratomo, seorang penggemar Vespa Ekstrem, modifikasi Vespa ekstrem terjadi di akhir 1990-an dan awal 2000-an, ketika skuter berusia puluhan tahun mulai menumpuk di tempat pembuangan sampah di seluruh Indonesia.

“Anda bisa membeli Vespa bekas seharga 700.000 rupiah (US $ 49), bahkan mungkin lebih rendah jika Anda mendapatkannya dari tempat pembuangan sampah.” Ujar Pratomo.

Menurutnya, Vespa yang dimodif dengan bodi dan sasis yang kuat akan bertahan selama bertahun-tahun. Suku cadangnya berlimpah sehingga dapat menghidupkan kembali mesinnya.

“Dengan sedikit uang, anda dapat membangun perjalanan impian selama Anda bersedia meluangkan waktu dan upaya untuk mewujudkannya.”

Sebagian besar para penggemar Vespa Ekstrem memodifikasi Vespa mereka dengan menggunakan uang mereka sendiri dari hasil usaha sampingan.

Soleh “Bendot” Pujiantoro, salah seorang yang berprofesi sebagai perakit Vespa Ekstrem. Ia mengerjakan satu Vespa ke satu Vespa lainnya. Dia pun  mengaku tidak pernah membuat Vespa Ekstrem dengan bentuk dan gaya yang sama.

“Mereka semua memiliki penampilan yang berbeda, gaya yang berbeda dan menghadirkan tantangan teknis yang berbeda, ” Kata Soleh, yang telah merakit puluhan Vespa ekstrim untuk dirinya sendiri dan untuk pelanggan di bengkelnya.

Kreasi terbarunya adalah skuter yang dimodif menjadi roda empat, dengan menggunakan dua mesin Vespa dengan tubuh dibuat agar terlihat seperti mobil hot road.

Itu adalah proyek ambisius Soleh. Untuk pembuatannya, ia harus belajar cara membuat badan hot road yang terbuat dari lembaran logam berkarat serta mencari tahu bagaimana membuat dua mesin Vespa berjalan serempak.

“Itu semua trial and error,” katanya, seraya menambahkan bahwa perlu waktu dua tahun untuk menyelesaikan proyek dan mendapatkan kendaraan persis seperti yang dia bayangkan.

Karya Soleh itu membuat semua orang kagum. Ia meluncurkannya untuk pertama kalinya pada pertemuan skuter ekstrem, September tahun lalu. Karya tersebut membuatnya dihormati oleh sesama perakit dan menempatkan bengkel kecilnya layak untuk dirujuk.

Tetapi menjadi bagian dari komunitas Vespa yang ekstrem lebih dari sekedar menghasilkan kreasi gila. Komunitas Vespa ekstrem terkenal memiliki persahabatan dan persaudaraan yang kuat.  Sesama penggila vespa yang sebelumnya tak saling kenal akan menjadi saudara hanya dua menit perkenalan.

Hal itu diakui oleh Azani. Ia mengatakan pernah melakukan perjalanan Jakarta-solo selama sebulan dengan Vespa yang dimodifikasi. Perjalan jarak jauh tersebut seolah menjadi ritual bagi seorang penggemar Vespa.

“Sepanjang jalan, saya tidak perlu khawatir soal tempat menginap karena sesama penggemar Vespa akan selalu membuka pintu. Seperti yang akan saya lakukan juga untuk mereka.”

Ia juga menjelaskan bahwa sesama penggemar Vespa akan saling membantu jika mengalami  kesulitan seperti mesin motor yanga rusak dan mogok. Menurutnya, akan ada penggemar vespa lain yang membantu tanpa diminta meskipun tidak saling kenal.

Tetapi banyak orang luar memandang komunitas Vespa ekstrem sebagai gangguan atau bahkan pembuat onar yang sulit diatur berdasarkan penampilan mereka yang kasar dan pakaian usang serta tubuh mereka yang bertato dan wajah yang curumut berantakan.

Polisi di beberapa daerah juga menindak skuter ekstrem, dan menyebut mereka tidak tertib dan membuat suasana tidak aman.

“Sebenarnya oprasi Vespa Ekstrem di jalan-jalan Jakarta berstatus hukum illegal, karena tidak dilengkapi dengan surat kendaraan bermotor yang telah dimodifikasi. Sampai saat ini Vespa Ekstrem secara hukum hanya dapat beroperasi di acara dan trek khusus, bukan di jalan umum.” Kata Agus Suparyanto dari Kepolisian Lalu Lintas Jakarta mengatakan kepada CNA.

Menurutnya ada aturan tentang bagaimana orang dapat memodifikasi skuter mereka, termasuk  persyaratan keselamatan yang harus dipatuhi.

“Mereka tidak bisa hanya memotong sepeda motor mereka menjadi dua dan memasangnya kembali. Kami telah mengambil tindakan terhadap mereka dan menyita kendaraan tersebut.” Imbuhnya.

Hal tersebut dialami Azani ketika salah satu Vespa miliknya disita dalam sergapan polisi. Sejak itu, ia  lebih berhati-hati dan hanya mengeluarkan Vespa di jalan sepi di dekat tempat tinggalnya. Jika dirinya ingin melakukan perjalanan yang lebih panjang dilakukan pada malam hari.

“Beberapa orang merespons negatif terhadap Vespa ekstrim seperti milikku. Tetapi ada orang yang bisa menghargainya, termasuk beberapa petugas polisi yang membiarkan kami meluncur tanpa tiket. Mereka tahu bahwa kita hanya berkeliling, menikmati hasil kerja kita dan tidak mencari masalah. ”

Bendot juga mengatakan akan berpikir dua kali untuk mengendarai Vespa seperti hot roadnya di jalan-jalan umum karena tidak bisa mendapatkan lisensi untuk kreasinya karena itu bukan mobil atau sepeda motor.

Terkait dengan cap pembuat onar terhadap penggila vespa ekstrim, Soleh berharap orang-orag mau membuka hati dan mengenal komunitas Vespa Ekstrem. Sehingga bisa melihat  persahabatan, persaudaraan dan keramahan yang terjalin diantara anggota komunitas vespa.

Dengan semua dinamikannya, vespa modifikasi dari berbagai genre hasil kreativitas para penggiatnya telah menjadi bagian dari gaya hidup yang mencerminkan persaudaraan, persahabatan dan perjuangan.

“Jangan menilai buku dari sampulnya.” Kata Soleh. Dan mereka akan tetap bersemangat meluncur dijalanan, menolak untuk punah. Walau terseok dan sering mogok.  [*]

Back to top button