Sekali lagi, Pemerintah menaruh harapan kepada masyarakat untuk memaklumi dan menerima kenaikan harga tahu-tempe guna menjaga keberlangsungan usaha.
JERNIH-Menurut informasi dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), di seluruh negeri ini setidaknya ada 150 ribu pengrajin dua produk turunan komoditi kacang kedelai tersebut. Sebab harga terlanjur melambung tinggi dan seolah tak bisa dikendalikan, Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin bilang, 20 persennya atau 30 ribu pengrajin berhenti berproduksi.
Ini artinya, bertambah lagi pengangguran di negeri ini yang jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.
Dalam keterangan persnya yang disampaikan secara virtual, Aip bilang pengrajin tahu dan tempe rumahan skala kecil, biasanya memproduksi 10 hingga 20 kilogram perhari. Akibat fluktuasi harga, mereka pun menyerah. Sementara produsen dua panganan tersebut yang memakai kecelai hingga 100 kilogram perhari, masih bisa bertahan dengan memangkas ukuran jadi lebih kecil.
Kenaikan harga kacang kedelai, rupanya bukan barang baru. Aip bilang, harga yang ditentukan importir pada umumnya naik tiap minggu. Bahkan pernah, seminggu lima kali naik. Dia pun mengusulkan agar kenaikan itu minimal satu bulan sekali, meski idealnya pertiga bulan.
“Contohnya kalo ditetapkan Rp 10.500 per kilogram harga kedelai ya berlaku satu bulan jangan range, berat kita,” katanya menjelaskan.
Aip menyebutkan, saat ini harga kedelai yang diterima pengrajin tahu-tempe sudah lebih dari Rp 11 ribu perkilogram. Bahkan di luar Pulau Jawa, sudah mencapai Rp 12 ribu perkilogram.
“Harga tahu dan tempe yang diproduksi kalau dengan harga kedelai Rp 11 ribu per kg, lalu kami jual tempe Rp 11.500 per kg, itu hampir tidak ada untung. Habis. Tidak ada cerita upah pekerja karena memang dikerjakan sendiri,” kata dia.
Aip pun, atas nama Gakoptindo mendorong peningkatan produksi kedelai lokal karena memang sangat ocok digunakan memproduksi tahu. Sementara tempe, dia akui lebih bagus memakai kedelai impor.
Perlu dicatat, setiap tahun kebutuhan kedelai di dalam negeri mencapai 3 juta ton untuk membuat tahu-tempe. Sebanyak 1 juta ton dipakai produsen tahu, 2 juta ton lagi diperuntukkan pengrajin tempe. Sementara produksi kedelai lokal, baru mampu memenuhi 10 persen dari kebutuhan tanah air. Lalu, bagaimana respon pemerintah dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri.
Perlu dicatat pula, persoalan kacang kedelai sudah belasan tahun tak pernah mendapat perhatian serius. Kali ini, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan bilang, pemerintah terus mengupayakan menjaga stabilitas harga kedelai nasional dan memastikan stoknya aman meski terjadi kenaikan harga selama dua minggu terakhir.
Buktinya kata Oke, koordinasi dengan importir dan pengrajin tahu-tempe sudah diperkuat. Dari situ, meski tak melakukan intervensi, Pemerintah meminta importir konsisten menjaga harga keekonomian agar terjangkau di tingkat pengrajin.
Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai USD 15,77 per bushels. Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai USD 15,79 per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar USD 15,74 per bushels.
Sekali lagi, Pemerintah menaruh harapan kepada masyarakat untuk memaklumi dan menerima kenaikan harga tahu-tempe huna menjaga keberlangsungan usaha.[]