Ridwan Kamil Siap Bantu Desain dan Pemasaran Perajin Kulit Garut
Gubernur Jabar menawarkan bantuan desain dan digitalisasi teknis pemasaran yang diyakini bisa menggerakan roda perekonomian para perajin kulit Garut yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19.
JERNIH – Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil menyatakan siap membantu mendesain dan memasarkan produk pelaku usaha dan perajin kulit Garut. Pasar generasi milenial dan luar negeri menjadi prospek pasar menjanjikan bagi pelaku industri ini.
“Saya tawarkan kalau ada pengusaha kulit yang mau berkolaborasi memproduksi desain Ridwan Kamil, saya tunggu,” kata Ridwan Kamil saat kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Kamis (06/01/2022). Gubernur mengunjungi Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Perkulitan yang dikelola Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat di Sukaregang, Kabupaten Garut.
Menurut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, ia tidak akan memungut biaya sepeser pun bagi pelaku usaha kulit yang ingin produknya ia desain. “Kalau mau silakan, saya minta daftarnya berapa toko yang mau memproduksi barang yang saya buat desainnya mulai dari dompet, tas wanita, sepatu, jaket yang semuanya berbahan dasar kulit garut,” ujarnya.
Ia juga menawarkan bantuan digitalisasi teknis pemasaran yang diyakini bisa menggerakan roda perekonomian yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19. “Saya juga siap untuk memasarkan produknya, tapi tentunya produk itu harus sesuai dengan selera pasar. Nanti saya posting, pengikut saya sudah ada 15 juta orang,” ucapnya.
Sebelumnya gubernur mendapat curhatan para pelaku usaha kulit Sukaregang Garut, yang rata-rata mengeluhkan penjualan menurun di masa pandemi Covid-19. Menurut Gubernur, kerajinan kulit di Kabupaten Garut memiliki potensi bisnis yang besar. Sayangnya, selama ini industri itu justru tak banyak berkembang.
Kang Emil mencatat setidaknya ada lima masalah utama yang menyebabkan pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut stagnan. Pertama, bahan baku untuk membuat kerajinan kulit masih belum layak untuk diekspor. “Bahannya ternyata tidak exportable, karena saat diuji di laboratorium, kadar ini itu-nya tidak memadai,” katanya.
Permasalahan kedua, desain produk kerajinan kulit di Sukaregang tak banyak inovasi. Ini bisa dilihat dari desain untuk produk yang sama di beberapa toko kerajinan kulit hampir semuanya mirip. Menurutnya, salah satu persoalan dalam penjualan adalah produk yang tidak sesuai dengan selera pasar saat ini.
Masalah ketiga, terdapat masalah limbah dalam pasca produksi kerajinan kulit di Kabupaten Garut yang menjadi faktor penyebab pencemaran lingkungan. Masalah keempat adalah para pelaku usaha kerajinan kulit di kawasan Sukaregang masih kurang memahami bagaimana memasarkan produk secara digital. Mayoritas pelaku usaha masih menjual produknya secara konvensional.
Terakhir, kata Emil, para pelaku usaha harus mau menggunakan bahan dari limbah tumbuhan untuk membuat sebagian produknya. Bahan yang dimaksud adalah dari limbah kopi dan jamur untuk dijadikan kulit, yang menurut dia, saat ini sedang diminati banyak merek fesyen dunia. “Semua (masalah) itu akan saya jawab setelah pulang dari sini,” kata dia.
Upaya memajukan industri kecil menengah dengan mendesain ulang produk dan pola pemasaran sudah gubernur lakukan pada pelaku usaha batik di Cirebon. Hasilnya, produk tersebut laku dijual hingga ke mancanegara. Desain batik gubernur yang mendunia salah satunya dinamakan Garuda Kujang Kencana. “Batik Cirebon yang saya desain itu juga laku dijual sampai Korea Selatan dipakai artis K-Pop,” tuturnya.
Gubernur menuturkan, salah satu tugas pemimpin adalah meringankan beban masyarakat dan mencari solusi dalam hal apapun. Bagi para pelaku industri kecil menengah ia meminta agar selalu beradaptasi dengan dunia yang terus berubah dengan masuk dalam ekosistem digital. “Dunia sudah berubah. Mari beradaptasi, jangan berada di zona nyaman,” pintanya.
Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Moh Arifin Soedjayana mengatakan di Satpel Perkulitan Garut pihaknya memberikan layanan 7 permesinan pendukung. “2021 layanan permesinan di satuan pelayanan perkulitan ini memberikan pelayanan tertinggi, yang mencapai 774 pelayanan,” katanya.
Tingginya layanan ini menurutnya menunjukan besarnya kebutuhan para pelaku usaha kulit di Garut menggunakan mesin di satuan pelayanan yang diampu Bidang Industri Pangan dan Olahan Kemasan (IPOK) tersebut. “Dalam rangka pemulihan ekonomi, kami terus berupaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha di Jawa Barat, salah satunya di Sukaregang, Garut,” katanya. [*]