Anjuran di Rumah Saja, Tagihan Listrik Bengkak
Jakarta – Konsumsi listrik untuk rumah tangga mengalami lonjakan pemakaian, selama kebijakan bekerja dari rumah (Work From Home/WHF) berlangsung. Sementara konsumsi listrik untuk sektor bisnis dan komersial mengalami penurunan.
“Konsumsi listrik untuk rumah tangga mengalami kenaikan 1 persen hingga 3 persen. Untuk industri dan komersial seperti hotel, pusat perbelanjaan menurun konsumsinya karena ada beberapa yang tutup karena enggak ada pengunjung,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, Rabu (1/4/2020).
Ia menambahkan, untuk R-3/TR 6.600 VA ke atas sudah ada peningkatan sekitar 3 persen untuk Distribusi Jakarta Raya. Saat ini, KESDM masih memantau penurunan konsumsi listrik untuk industri dan komersial agar tak terlalu berdampak besar pada kondisi listrik PLN.
Pemerintah juga telah menyiapkan mekanisme listrik gratis bagi pelanggan prabayar 450 volt ampere (VA) dan pemberian diskon pelanggan rumah tangga prabayar 900 VA. Adapun alternatif yang dilakukan ialah mengacu pada basis konsumsi.
“Untuk pelanggan rumah tangga daya 450 VA reguler atau pascabayar, pembayaran rekening listriknya gratis sesuai dengan biaya pemakaian dan biaya beban. Sementara untuk prabayar atau token setiap bulannya diberikan token gratis sebesar pemakaian bulanan tertinggi dari pemakaian 3 bulan terakhir,” ujar Rida.
Executive Vice President Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PT PLN (Persero) Edison Sipahutar memproyeksikan akan ada kenaikan konsumsi listrik rumah tangga di Maret sekitar 1,5 persen hingga 2 persen. “Sebesar 1,5 persen sampai dengan 2 persen untuk bulan maret ini. Nanti kita lihat evaluasinya pada mingggu pertama April,” ucapnya.
Penurunan konsumsi listrik juga terjadi pada sektor industri yang diproyeksikan sebesar angka 1,2 persen sampai dengan 2,4 persen. Sementara, untuk konsumsi listrik rumah tangga akan naik sebesar 1,5 persen hingga 2 persen.
Edison menambahkan dampak Corona dapat membawa penurunan penjualan listrik secara total setahun. Adapun, penurunan penjualan listrik PLN dalam setahun ini diperkirakan mencapai 0,6 persen hingga 1,2 persen akibat wabah Covid-19 ini.
Proyeksi penurunan konsumsi listrik tersebut terjadi apabila merebaknya Covid-19 ini berlangsung untuk jangka waktu yang lama. “Mudah-mudahan segera pulih, sehingga perkiraan penjualan listrik tidak mengalami penurunan,” ujarnya.
Hingga Februari 2020 realisasi penjualan listrik PLN mencapai 40,5 TWh dengan pertumbuhan mencapai 5,79 persen. Angka pertumbuhan penjualan listrik hingga Februari ini lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang dapat mencapai 6 persen.
Pertumbuhan penjualan listrik hingga Februari yang rendah ini disebabkan oleh konsumsi listrik industri yang sebesar 1,68 persen, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,54 persen.
Rendahnya konsumsi listrik sektor industri dua bulan pertama tahun ini dikarenakan turunnya pemakaian listrik pada teksil yang mengalami -3,7 persen, besi dan baja sebesar -3,1 persen, kimia sebesar -1,4 persen, semen sebesar -3,9 persen, makanan dan minuman sebesar 6,6 persen, dan otomotif sebesar 1,3 persen.
Untuk konsumsi listrik rumah tangga hingga Februari 2020 mengalami pertumbuhan 7,58 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,04 persen dan lebih tinggi bila dibandingkan konsumsi rumah tangga sepanjang 2019 yang mencapai 5,94 persen.
Konsumsi listrik bisnis hingga Februari tahun ini mencapai 6,68 persen, lebih rendah dibandingkan dengan Februari tahun 2019 yang mencapai 7,59 persen dan sepanjang tahun lalu yang mencapai 6,01 persen. [zin]