Jokowi Akui Tak Mampu Tahan Kenaikan Harga BBM
Dia juga menyebutkan, inflasi saat ini sudah merebak di sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sementara Indonesia yang termasuk negara sedang-sedang saja juga kena imbasnya.
JERNIH-Dalam sebuah video yang ditayangkan kanal Youtube milik Sekertariat Presiden pada Rabu (6/4), Jokowi mengaku tak berdaya menghadapi kenaikan harga minyak dunia yang melonjak hingga dua kali lipat. Terlebih, menyikapi kondisi ekonomi global yang carut marut hingga mendongkrak laju inflasi, dia bilang tak mampu menahan laju kenaikan harga tersebut.
“Saya kira sudah kita tahan-tahan agar tidak terjadi kenaikan, tetapi saya kira situasinya memang tidak memungkinkan. Ga mungkin kita tidak menaikan yang namanya BBM, ga mungkin. Oleh sebab itu, naik Pertamax, ” ujar Jokowi.
Dia juga menyebutkan, inflasi saat ini sudah merebak di sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sementara Indonesia yang termasuk negara sedang-sedang saja juga kena imbasnya.
Di AS yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia lantaran menginvasi Ukraina, inflasi sudah menyentuh angka 7,9 persen. Padahal dia bilang, biasanya di bawah 1 persen.
Sementara itu, di Uni Eropa angka inflasi sudah mencapai 7,5 persen yang biasanya juga di bawah 1 persen. Sedangkan di Turki lebih parah lagi yakni, 54 persen.
Sedangkan di Indonesia, Jokowi bilang sangat menggantungkan diri pada tingkal inflasi global. Jika terjadi inflasi besar-besaran di negara lain, maka sudah barnag tentu negeri kita kena imbasnya.
“Situasi saat ini, situasi tidak mudah, tidak gampang, sisi fiskal, moneter kita sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak, utamanya yang berkaitan dengan inflasi hampir di semua negara,” ujar Jokowi.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah lebih dulu menaikkan harga BBM non-subsidi RON 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter dari semula Rp 9.000 per liter mulai 1 April 2022. Harga tersebut berlaku untuk daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5 persen.
Penyesuaian harga ini diklaim selektif karena kenaikan hanya berlaku untuk BBM non-subsidi yang porsi konsumsinya sebesar 17 persen. Dari total tersebut, sebanyak 14 persen merupakan jumlah konsumsi Pertamax dan 3 persen lainnya merupakan konsumsi Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Kenaikan ini didorong melonjaknya harga minyak mentah pada Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, sehingga membuat harga keekonomian Pertamax melambung. Pemerintah menilai krisis geopolitik saat ini mengakibatkan hara minyak dunia melambung tinggi di atas 100 dolar AS per barel.[]