Survei: Meski Krisis, Belanja Lebaran Jalan Terus
Jakarta – Meski dilanda krisis, 46 persen konsumen tetap akan membeli perlengkapan ibadah dan 43 persen belanja produk fesyen untuk Ramadhan. Perilaku konsumen ini tercermin pada gelombang ketiga riset SurveySensum COVID-19 Consumer Behaviour Track.
“Dalam survei tersebut, SurveySensum mencatat serangkaian daftar kategori yang akan dibeli dan yang tidak jadi dibeli konsumen selama Ramadhan. Perlengkapan ibadah dan produk fesyen tergolong masih cukup tinggi peminatnya dibanding kategori lain. Sebaliknya, konsumen harus membatalkan rencana belanja kategori lain yaitu furnitur, ponsel, barang elektronik rumah tangga, perhiasan, mainan anak, dan kendaraan bermotor,” tutur Rajiv Lamba, CEO SurveySensum & NeuroSensum di Jakarta, kemarin.
Dalam survei yang dilakukan terhadap konsumen usia 18 hingga 55 tahun ini, terungkap bahwa lebih dari 30 persen konsumen menunda belanja furniture dan ponsel. Untuk kategori lainnya, terdapat 20 hingga 25 persen konsumen yang batal atau menunda membeli barang-barang tersebut.
“Keputusan ini diambil konsumen untuk menjaga stabilitas dan keamanan finansial mereka. Selain itu, konsumen memperkirakan tidak akan sering keluar rumah dan bertemu orang lain, sehingga barang-barang tersebut tidak lagi menjadi prioritas dalam waktu dekat,” Rajiv memaparkan.
Tidak seperti Ramadhan sebelumnya, tahun ini sebagian besar konsumen mengencangkan ikat pinggang di tengah krisis akibat pandemi COVID-19. SurveySensum juga menanyakan pos-pos pengeluaran rutin Ramadhan yang berkurang maupun yang bertambah tahun ini. Pertanyaan tersebut ditanyakan kepada 500 responden baik kelas ekonomi atas maupun kelas menengah di 10 kota besar di Indonesia.
Secara keseluruhan terdapat 37 persen konsumen yang mengurangi pengeluaran jalan-jalan di bulan Ramadhan ini. Di kalangan konsumen kelas menengah, hampir separuh konsumen menekan pengeluaran di pos tersebut.
Pos pengeluaran lain yang berbeda dibanding Ramadhan tahun lalu adalah THR untuk asisten rumah tangga atau supir pribadi. Yang menarik, 4 persen konsumen kelas atas justru menambah budget THR, sedangkan 35 persen kelas menengah mengurangi pengeluaran untuk THR.
Pola serupa juga terjadi dalam kebiasaan memberi hadiah Ramadhan kepada teman dan keluarganya. Lebih dari 30 persen kelas menengah mengurangi pengeluaran hadiah Ramadhan. Sementara mayoritas responden kelas atas masih akan membeli hadiah Ramadhan dalam jumlah yang sama atau lebih besar dari Ramadhan tahun lalu.
Menurut Rajiv, “Dari sini kita bisa lihat bagaimana kelas menengah ikut terpukul oleh situasi krisis akibat pandemi ini. Konsumen kelas atas pun terpukul, namun mereka masih punya cukup daya untuk berbagi dengan memberikan THR dan hadiah untuk orang-orang terdekat.”
Sebelum pandemi COVID-19, platform belanja online lebih banyak digunakan untk membeli produk-produk fesyen dan elektronik. Namun sejak pandemik konsumen pun membeli produk lain secara online termasuk kebutuhan sehari-hari termasuk sembako, sayur, makanan jadi, dan buah. Produk yang paling banyak dibeli online adalah vitamin. Sekitar 33 persen konsumen membeli vitamin melalui platform online seperti e-commerce, media sosial, dan sebagainya.