Terlalu Banyak Pengadaan Pesawat Jadi Siasat Garuda Mainkan Korupsi
Dari situlah, Erick menduga siasat korupsi dimainkan lewat pengadaan pesawat yang kelewat banyak jenisnya itu. Terlebih, yang paling anyar adalah dugaan korupsi pengadaan pesawat ATR 72. Setelah dilakukan audit investigasi internal, Erick pun langsung melaporkannya ke Kejaksaan Agung untuk diusut.
JERNIH-“Ngegampangin, ujungnya nilep.” Mungkin begitu kalau meminjam bahasa orang Jakarta dalam membahasakan apa yang dilakukan manajemen Garuda Indonesia selama ini, seperti yang dituturkan Menteri BUMN Erick Thohir.
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas TV yang kemudian diunggah ulang akun Instagram @erickthohir, sang Menteri membeberkan dosa-dosa manajemen Garuda Indonesia di masa lalu. Dia bilang, maskapai ini kelewat banyak menyewa pesawat dengan biaya yang terbilang besar. Padahal, kebanyakan unit sewaan itu, justru tidak cocok dengan rute penerbangan.
Begitu pula dengan pengadaan pesawat lewat jalan membeli yang tanpa memetakan lebih dulu kegunaannya. Banyak pesawat dibeli, baru rute penerbangan dicari. Padahal menurut Erick, semestinya bukan begitu caranya. Rute dulu diadakan, baru pesawat disediakan.
“Setelah kita dalami juga, banyak pembelian ini hanya beli pesawat. Bukan justru rutenya yang dipetakan, baru disesuaikan pesawatnya apa. Jadi, pesawatnya dulu, baru rutenya,” katanya.
Dari data yang Kementerian BUMN sodorkan, setidaknya ada 13 jenis pesawat yang dimiliki dan disewa Garuda Indonesia. Padahal, maskapai lain paling banyak cuma 3 hingga 4 jenis pesawat saja. Makanya, Erick menilai beban yang ditanggung perusahaan itu kelewat besar.
Bayangkan, jika maskapai lain menanggung beban operasional dalam hal sewa pesawat cuma 8 persen, Garuda Indonesia mencapai 28 persen. Belum lagi, perusahaan tersebut menyewa pesawat melalui 32 pihak penyewa (lessor). Sedangkan maskapai lain paling banter 4 sampai 5 lessor saja.
Dari situlah, Erick menduga siasat korupsi dimainkan lewat pengadaan pesawat yang kelewat banyak jenisnya itu. Terlebih, yang paling anyar adalah dugaan korupsi pengadaan pesawat ATR 72. Setelah dilakukan audit investigasi internal, Erick pun langsung melaporkannya ke Kejaksaan Agung untuk diusut.[]