UMKM Pangan Lokal Sasar Generasi Milenial Sebagai Pasar Potensial
Anak muda sekarang harus dikondisikan bahwa mengonsumsi pangan-pangan lokal sebagai sesuatu yang sangat sehat, sangat baik dan juga yang paling penting adalah enak.
JERNIH – Isu fundamental untuk memasyarakat pangan-pangan lokal lewat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah bagaimana mengubah budaya pola konsumsi pangan. Namun ada harapan terhadap generasi milenial yang bisa menjadi pasar besar bagi produk pangan lokal.
“Kita dari kecil terbiasa makan nasi, sehingga mengubah pola konsumsi dari makan nasi ke makan singkong itu sulit. Tetapi kita masih punya harapan kepada anak-anak milenial, anak-anak muda sekarang yang curios dengan makanan-makanan baru,” ujar Kurnia Fajar, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar, di Bandung, Kamis (18/10/2021).
Kurnia Fajar mewakili Kadin berbicara pada Temu Bisnis UMKM Pangan Lokal bertema ‘Perkuat UMKM Pangan Lokal Sebagai Lokomotif Agribisnis Pangan Indonesia’, di Hotel Pullman Bandung, Kamis (28/10/2021).
Ia mencontohkan Korea Selatan itu yang sukses mengekspor film, musik tetapi juga berhasil mengekspor pangannya. Karena, itu dalam rangka mengingkatkan konsumsi pangan lokal tentunya sektor kebudayaan juga harus ikut disentuh.
Kurnia Fajar yang juga Dirut PT Agro Jabar ini menambahkan, anak muda sekarang harus dikondisikan bahwa mengonsumsi singkong, jagung, pisang, sorgum dan pangan-pangan lokal lainnya sebagai sesuatu yang sangat sehat, sangat baik dan juga yang paling penting adalah enak. “Kalau tidak enak tidak akan mencandu sehingga sulit untuk berkembang,” imbuhnya.
Dari sisi Kadin soal pangan lokal, lanjutnya, akan sangat mendukung dan berharap UMKM bisa masuk ke pasar. Salah satu yang sulit untuk masuk ke pasar saat ini di antaranya karena mereka belum memiliki izin edar serta suplai bahan baku tidak kontinyu.
“Tapi saya rasa di era digital ini, UMKM-UMKM itu sudah lebih siap, BPOM juga sangat memperhatikan kebutuhan itu, tinggal bagaimana UMKM ini membangun komunikasi publik. Komunikasi publik merupakan kata kunci yang harus dimenangkan oleh UMKM untuk naik kelas,” tambahnya.
Jabar Jadi Pasar UMKM Nasional
Lebih lanjut menurut Kurfa, demikian ia akrab disapa, UMKM-UMKM di Jawa Barat maupun nasional harus dapat membidik Jawa Barat sebagai pasar yang potensial. Jawa Barat merupakan provinsi dengan populasi terbanyak dengan hobi makan. Selain itu, budaya warga Jawa Barat yang gemar makan menjadi pasar yang menarik untuk UMKM berbasis pangan lokal.
“Orang Jawa Barat itu gemar makan dan suka dengan sesuatu yang kekinian, yang keren-keren. Dengan pendekatan kebudayaan yang baik kepada publik, Insya Allah UMKM-UMKM pangan di Indonesia bisa bermarket di Jawa Barat,” imbuhnya.
Dari 6.000 UMKM di Jawa barat apakah ada yang berbasis pangan lokal? Saat ini, lanjutnya, banyak UMKM yang sudah melakukan usaha pengembangan pangan lokal. Seperti keripik singkong yang sempat hits di Jawa Barat bisa sukses jika melakukan teknik pemasaran yang tepat. “Itu yang harus dilakukan oleh UMKM dengan cara-cara yang unik, beda dengan yang lain dan kontinyu sehingga brand-nya tetap bertahan. Jadi tidak hanya booming sesaat kemudian hilang,” ungkapnya.
Di Jawa Barat sudah banyak café yang berbasis pangan lokal. Misalnya di Bandung ada arung kopi jadul, Warung Kopi Purnama, Kopi Aroma di Jalan Banceuy, Wedang Ronde Alkateri. “Sudah banyak produk-produk pangan yang bahan bakunya local di Jawa Barat.” [*]