Persona

Sosok Fientje Maritje Suebu, Dubes RI Pertama Asal Papua

Untungnya, Philpus Sarwon sang suami, memberikan dukungan penuh dalam upayanya membuktikan bahwa rakyat Papua juga bisa berdaya dan berjaya seperti Fientje.

JERNIH- Jika dulu di awal era Reformasi ada Megawati Soekarnoputri yang menjadi Presiden perempuan pertama di republik ini, kini ada Fientje Maritje Suebu, perempuan Papua pertama yang duduk sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru merangkap Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook dan Niue. Tentu, hal ini membuat Fientje berkuasa penuh terhadap Republik Indonesia di kawasan yang dia wakili tersebut.

Fientje, resmi dilantik Presiden Jokowi sebagai Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Istana Negara, pada Rabu (12/1) lalu. Tentu saja, pelantikan ini menjadi kebanggaan bagi perempuan Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya.

Soalnya, Fientje merupakan anak perempuan satu-satunya di antara lima orang putra seorang kepala suku di Papua. Dan sudah barang tentu, dia juga menjadi perempuan papua satu-satunya untuk saat ini yang mewakili Indonesia di kancah internasional.

Fientje yang lahir di Sentani, sudah mengabdikan dirinya di Kementerian Luar Negeri selama 31 tahun, setelah menempuh pendidikan di Sekolah Dinas Luar Negeri. Dan di dunia diplomatik, dia bukanlah orang baru.

Sebelum menjabat sebagai Dubes RI untuk Selandia Baru, seperti diberitakan Viva Fientje sempat duduk sebagai Wakil Kepala Perwakilan Kedubes RI untuk India. Dia menduduki jabatan itu sejak Februari 2018, dan dinyatakan lolos uji kelayakan dan kepatutan sebagai Dubes oleh DPR RI.

Tentu, bergelut di dunia kediplomatikan dan menjadi seorang ibu dari tiga anak bukanlah hal yang gampang. Soalnya profesi itu mengharuskannya melakukan perjalanan ke negara lain setiap beberapa tahun sekali. Apalagi, anak-anaknya harus sering beradaptasi dengan sistem pendidikan di negara lain demi mengikuti kemana sang ibu pergi.

Untungnya, Philpus Sarwon sang suami, memberikan dukungan penuh dalam upayanya membuktikan bahwa rakyat Papua juga bisa berdaya dan berjaya seperti Fientje.

Fientje yakin betul jika perempuan Papua mampu menjadi agen perubahan di bidangnya masing-masing.[]

Back to top button