10.000 Tahun yang Lalu Penduduk Awal Amazonia Telah Berkebun
10.000 tahun yang lalu manusia paling awal yang mendiami Amazon telah menciptakan ribuan pulau berupa hutan buatan untuk ditanami ubi kayu, labu dan tanaman pangan lainnya. Penemuan gundukan-gundukan hutan itu menjadi bukti eksistensi manusia dalam mengubah lanskap alam dalam skala luas.
Rerimbunan pohon yang bergunduk ancal-ancalan (terpencar) itu tampak mirip gumuk atau tabet di pulau Jawa yang merujuk pada tempat sakral atau pemukiman dengan jumlah rumah terbatas. Di sunda gumuk atau tabet sampai saat ini biasa terlihat di hamparan pesawahan. Bukit atau pasir yang tingginya rendah itu biasanya ditumbuhi tanaman produkti, juga tanaman hutan.
Bukti tersebut terlihat di Llanos de Moxos di Bolivia utara, tempat 4.700 pulau hutan buatan. Daerah sabana ini kerap tergenang air dari Desember hingga Maret dan sangat kering dari Juli hingga Oktober. Tetapi tetapi gundukan hutan itu tetap di atas permukaan air selama musim hujan.
Gundukan-gundukan itu ditumbuhi berbagai pepohonan sehingga menjadi keanekaragaman hayati dan menjadi salah satu pusat dari awal domestikasi tumbuhan di dunia. Para ahli menemukan berbagai tumbuhan yang asalnya liar kemudian sengaja ditanam manusia untuk kebutuhan hidupnya.
Bukti paling awal domestika tersebutberupa phytoliths (silica dari rerumputan dari manioc atau tapoioka dari 10.350 tahun yang lalu, squash (sejenis labu) dari 10.250 tahun yang lalu, dan jagung dari 6.850 tahun yang lalu. Sampel itu diambil dari 30 pulau hutan melalui penelitian arkeologi yang dilakukan di empat pulau diantaranya.
Bukti-bukti tersebut terawetkan dengan baik di hutan tropis dan merupakan tumbuhan yang sengaja dipilih karena kaya akan karbohidrat dan mudah dimasak, sehingga menjadi sumber kalori penduduk yang pertama kali mendiami di wilayah. Tanaman itu menjadi sumber makanan selain ikan dan daging.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature yang dilakukan oleh Umberto Lombardo dan Heinz Veit dari University of Bern, Jose Iriarte dan Lautaro Hilbert dari University of Exeter, Javier Ruiz-Pérez dari Pompeu Fabra University dan José Capriles dari Pennsylvania State University.
Studi ini melibatkan analisis regional berskala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di 61 situs arkeologi. Termasuk melakukan diidentifikasi dengan penginderaan jauh. Dari atas terlihat yang petak-petak hutan yang dikelilingi oleh sabana.
Dr. Lombardo mengatakan bahwa para arkeolog, ahli geografi, dan ahli biologi berargumen Amazonia barat daya selama bertahun-tahun adalah pusat awal domestikasi tanaman karena banyak kultivar penting seperti manioc, squash, kacang tanah dan beberapa varietas cabai dan kacang.
Profesor Iriarte mengatakan bahwa bukti genetik dan arkeologis menunjukkan setidaknya ada empat wilayah di dunia yang membuktikan manusia telah ‘berkebun’ di 11.000 tahun yang lalu. Wilayah tersebut berada dua di Dunia Lama dan dua di Dunia Baru. Dan dari Penelitian ini menempatkan Amazonia Barat Daya menjadi yang kelima.
Amazonia merupakan wilayah seluas tujuh juta kilometer persegi. Wilayah hutannya seluas 5,5 juta kilometer persegi yang terletak di sembilan negara: Brasil (dengan 60 persen hutan), Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.
Javier Ruiz-Pérez menyatakan, berdasarkan survei arkeologis terutama hasil analisa pertanggalan radiokarbon dari puluhan sampel phytolith, menunjukkan masyarakat pra-Kolombia telah beradaptasi dan memodifikasi sabana yang rutin dibanjiri dengan membangun ribuan gundukan sebagai tempat menetap sekaligus kebun sejak awal jaman holosen.
Di Jawa Barat kondisi yang mirip dengan di Kolombia adalah di Karawang yaitu di situs percandian Batujaya dan Talagajaya. Gumuk-gumuk di Percandian Batujaya-Talagajaya juga memiliki riwayat adanya banjir dari sungai Citarum sehingga menyebabkan peradaban awal Masehi di tatar sunda terkubur oleh limpahan lumpur sungai.