Adik Jokowi Dilamar Mantan Aktor Yang Kini Jadi Hakim MK
Ketika film itu meledak dan sampai disaksikan masyarakat di kampung halamannya, orang-orang di sana malah salah sangka sebab ada adegan Anwar berjalan berdua dengan seorang wanita di Pasar Cikini. Tentu saja, warga di Bima menilai kalau gadis itu adalah calon istrinya.
JERNIH-Makin hari, makin banyak pihak yang merapat ke kubu Joko Widodo. Tapi kali ini, bukan dalam kaitan dengan dunia politik praktis, namun justru merajut tali persaudaraan. Sebab Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman, dikabarkan bakal menikahi Idayati, adik kandung dari orang nomor satu di republik ini.
Gibran Rakabuming Raka, anak nomor satu Jokowi membenarkan kabar itu. Mengutip dari CNN Indonesia, ketika ditemui di Balai Kota Solo, Putra Jokowi yang kini menjabat posisi sebagai Wali Kota kawasan itu, cuma menjawab singkat.
“Iya, lah itu sudah tahu,” katanya.
Hari Mulyono, suami dari Idayati, telah meninggal dunia pada 24 September 2018 lalu di RSPAD, Jakarta. Sementara Suhada Ahmad Sidik, istri dari Anwar, meninggal pada 26 Februari 2021 akibat serangan jantung.
Jauh tempo sebelum menjadi Hakim Konstitusi dan mengepalai MK, Anwar yang dibesarkan di Desa Rasabou, Bolo, Bima, NTB oleh pasangan Usman A. Rahim dan Siti Ramlah, tak pernah bermimpi jadi hakim.
Ketika lulus dari SDN 03 Sila, Bima, pada 1969, Anwar yang lahir pada 31 Desember 1956, meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri sampai tahun 1975. Setelah lulus, dia hijrah ke Jakarta dan jadi guru honorer di SD Kalibaru.
Pada 1984, dua memilih Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta sebagai pilihannya. Selama menjadi mahasiswa, dia aktif berkecimpung di dunia teater di bawah asuhan sutradara Ismail Soebarjo, dan tercatat sebafai anggota Sanggar Aksara.
Pada 1980, berdasar catatan situs resmi MK, Anwar pernah beradu akting dalam sebuah film dengan Frans TUmbuan, Rini S Bono serta Nungki Kusumastuti, di bawah arahan Ismail Soebarjo pula.
“Saya hanya mendapat peran kecil, namun menjadi suatu kebanggaan bisa menjadi anak buah sutradara sehebat Bapak Ismail Soebarjo, apalagi film yang berjudul ‘Perempuan dalam Pasungan’ menjadi Film Terbaik dan mendapat Piala Citra,” ujar Anwar mengenang.
Ketika film itu meledak dan sampai disaksikan masyarakat di kampung halamannya, orang-orang di sana malah salah sangka sebab ada adegan Anwar berjalan berdua dengan seorang wanita di Pasar Cikini. Tentu saja, warga di Bima menilai kalau gadis itu adalah calon istrinya.
“Padahal di film itu saya hanya sebagai penggembira saja,” katanya menuturkan.
Di lain pihak bapaknya malah marah sebab menyangka kalau anaknya ini tidak kuliah dan memilih main film.
“Ketika Bapak saya tahu, saya dimarahi. Kata beliau, ‘Katanya ke Jakarta untuk kuliah, ini malah main film’,” katanya menirukan ucapan sang Ayah.
Dunia teater baginya, memberi pengalaman hidup sngat berharga. Ketika dia dilantik menjadi Hakim Konstitusi oleh Presiden SBY pada 6 April 2011, banyak koleganya di dunia seni peran malah khawaitr pasca dia mengucapkan sumpah jabatan.
“Tapi, Alhamdulillah, berkat pengalaman saya di bidang teater, saya bisa mengatasi kegugupan dan tidak demam panggung ketika harus mengucapkan lafal sumpah,” ujarnya.
“Menjadi hakim, sebenarnya bukanlah cita-cita saya. Namun, ketika Allah menginginkan, di mana pun saya dipercaya atau diamanahkan dalam suatu jabatan apa pun, bagi saya itu menjadi lahan untuk beribadah,” kata peraih gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Anwar, dilantik sebagai Hakim menggantikan M Arsyad Sanusi yang mengundurkan diri.