POTPOURRI

Gulat Kuno India dan Nasibnya di Masa Pandemi

Jernih — India memiliki seni gulat tradisional yang disebut kushti atau pehlwani. seni beladiri tradisional itu mendapat pengaruh dari gulat tradisional kosthi dari Persia (Iran) dan mallayudha gulat asli India. Kushti artinya gulat dan pehlwani artinya heroik. Pehlwani atau pahlevan memiliki konotasi sama dengan kata pahlawan.

Serangkaian dari gerakan senam ritual sebagai inti dari latihan pertempuran sebagai bentuk penyerahan diri yang disebut koshti pahlavāni. Pehalavi juga digunakan untuk menyebut keturunan Iran. Proses pelatihannya disebut zurkhaneh yang memadukan budaya Persia pra Islam seperti Zoroastrianisme, Mithraisme dan Gnostisisme.

Sedangkan malllayudha sebagai seni gulat  kuno  India telah tercatat dalam kitab Mallapurana dari abad 13 M. ada empat kategori dalam mallayudha yaitu hanumanti (Tekhnis), Jambuvanti (kuncian), jarasandhi (mematahkan badan dan sendi) dan Bhimaseni (stamina dan kekuatan).

Mallayudha dalam bahasa sansekerta terdiri dari dua kata yaitu malla artinya gulat dan yudha atau juddho artinya pertarungan atau pertempuran. Dalam sumber yang lebih tua, mallayudha dipraktekan oleh Bhima melawan Jarasandha dalam Mahabharata di bagian sabhaparwa. Mereka bergulat selama 27 hari sampai akhirnya Jarasandha dapat dikalahkan.

Tradisi gulat kuno India setelah sinkretisme antara mallayudhha dan pehlwani kemudian disebut kushti atau pehlwani yang berkembang pada masa Kekaisaran Islam  Mughal yang berdiri sejak 1526 M dan runtuh pada 1720 M. Secara luas gulat pehlwani atau kushti sangat memengaruhi gulat gaya rakyat, gulat gaya bebas , dan seni bela diri campuran (MMA).

Sebagai tradisi, gulat kushti sama halnya dengan sumo dalam mengatur disiplin para pegulat. Calon pegulat mulai dilatih sejak usia 6 tahun di sekolah gulat yang disebut akhara atau taleems dalam bahasa Urdu. Mereka menjalani latihan fisik disebut vyayam dan hanya mengenakan cawat yang disebut kowpeenam.

Alat-alat untuk berlatih diantaranya disebut nal (silider batu), garnal (pemberat leher), gada (pentungan) dan mugdar (gada kayu seperti pin bowling untuk melatih kelincahan dan kekuatan). Selain itu mereka juga menjalani pelatihan secara teratur yang dimulai dari dini hari sampai tidur jam 8 malam.

Demikian pula soal makanan yang berkaitan dengan diet, pegulat kushti diatur pola makannya. menu yang dikonsumsi terdiri dari keju atau mentega murni yang disebut ghee, susu, buncis yang telah berkecambah, sayuran, daging, apel, pisang, ara, delima, lemon, semangka, dll. Pegulat menghindari makanan asam, makanan yang banyak bumbunya, alkohol tembakau dan sirih pinang.

Sampai saat ini tradisi gulat masih dipertahankan di India. Kompetisi gulat yang disebut dangal sering di adakan di desa-desa. arenanya berbentuk lingkaran atau persegi berukuran 4,20 meter. Lantai arena adalah tanah yang sudah ditaburi susu mentega, minyak, oker merah dan air tanah tetap lembut, agar pegulat tidak cedera.

Lamanya waktu bergulat mencapai 25-30 menit. Tidak ada penilaian point, pegulat dapat meraih kemenangan dengan menjepit bahu dan pinggul lawan secara bersamaan. Penghentian kuncian juga diberlakukan dan pertandingan diawasi wasit dalam ring dan dua orang juri dari luar arena.

Nasib Para Pegulat

The National melaporkan selama masa pandemi Covid 19, ribuan pegulat di desa-desa India tertahan karirnya dari dunia gulat. Mereka terpaksa beralih pekerjaan untuk menyambung hidup. Diberlakukannya penguncian oleh pemerintah India melumpuhkan turnamen-turnamen gulat yang biasanya dimulai dari Agustus dan berlangsung 10 bulan.

Pegulat Sachin Salunkhe misalnya, ia adalah salah satu pegulat yang mesti banting setir mencari pekerjaan lain. Padahal Salunkhe yang berusia 26 tahun adalah pegulat yang sudah berkecimpung 13 tahun lamanya di dunia kushti. Ia banyak meraih juara. Kini Salunke menjadi menjadi penjaga keamanan sebuah universitas untuk menghidupi lima anggota keluarganya.  

Salunke terakhir kali bertanding pada 21 Februari, di distrik Kolhapur. kala itu ia memenangkan 25 dolar setelah bergulat selama 25 menit. Ia juga nyambi pekerjaan di ladang pertanian untuk mendapatkan 2 dolar selama delapan jam sehari. Jumlah tersebut adalah setengah dari gajihnya sebagai penjaga keamaan.

Salunkhe juga tidak punya waktu untuk berlatih dan membiayai kebutuhannya sebagai pegulat. Setiap hari ia harus memenuhi 3.500 hingga 3.700 kalori secara efisien. Kebutuhan makanan untuk memenuhi kalori itu sebesar 500 rupee. Sedangkan Ia hampir tidak menghasilkan 450 rupee sehari meski telah bekerja 16 jam.

Selama akhir 1800-an, beberapa sekolah gulat yang dibangun di Kolhapur masih berfungsi hingga saat ini. Desa-desa di Maharashtra barat mengadakan jatra (pameran tahunan) di mana kushti tetap menjadi pusat atraksi. Pegulat dari Afghanistan, Pakistan, Iran dan beberapa negara Afrika banyak yang tampil di acara tersebut.

Hadiah uang dalam pertarungan ini dapat berkisar dari $ 25 hingga $ 7.000, tergantung pada pegulat dan jumlah yang dijanjikan oleh petani dan penduduk setempat.

Maruti Mane, pelatih Salunkhe mengatakan kepada The National , seorang pegulat biasa bisa mendapatkan sebanyak $ 680 dalam satu musim, dan itu bisa mencapai $ 27.225 untuk pegulat elit. Uang ini untuk mendanai pelatihan mereka di musim depan.

Turnamen gulat biasanya dihentikan bila terjadi panen yang buruk atau bencana alam.  Kini akibat Covid-19,  kisah para pemuja Hanuman di desa Pargaon ditutup selama lebih dari enam bulan. Kejadian untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad.

“Biasanya selama ini, dinding-dinding taleems dipenuhi dengan poster acara gulat dari seluruh Maharashtra,” kata Mane. Ia telah melatih lebih dari 1.000 pegulat dalam 25 tahun dan belum pernah mengalami bencana seperti ini. 

Pegulat papan atas bernasib leih baik. Mereka dapat konsentrasi berlatih 8 hingga 10 jam sehari tanpa memikirkan biaya yang bisa mencapai $ 275 sebulan. Berbeda dengan  Salunkhe sekarang menghadapi tekanan dari keluarganya untuk berhenti dari olahraga tersebut.

“Seorang pegulat normal setidaknya dapat mengikuti 60 pertandingan masing-masing 30 menit dalam satu musim,” kata Mane, yang tidak memungut biaya untuk kepelatihannya. Ia juga menyampaikan pegulat yang kalah tetap mendapatkan 25 persen dari penyelenggara. 

Selama masa pandemi ini, Mane telah bekerja sebagai penjaga di rumah sakit setempat selama tiga dekade terakhir. Dan ia mengaku belum dibayar selama enam bulan ini.

Namun Mane tetap berjuang agar seni gulat tetap hidup di desanya. Ada 40 pegulat dari usia 10 hingga 30 yang berlatih di bawah asuhannya. 12 di antaranya bertahan dalam taleems yang diseponsori oleh para pengusaha untuk menutupi pengeluaran mereka.

Back to top button