Lengkung Tiang Patung Pancoran: Angka Tujuh, Alat Pencungkil Mata G30S, Atau…
Presiden Soekarno menghendaki adanya sebuah patung mengenai penerbangan (dirgantara) Indonesia. Karena itulah patung dibuat berujud manusia angkasa, menggambarkan semangat keberanian untuk menjelajah angkasa. Konon, ada yang mengatakan sosok patung yang tengah merentang tangan ke angkasa itu adalah sosok Hanoman. Tapi sumber lain menyatakan, modelnya pematung sendiri, Edhi Sunarso, atas saran Soekarno.
JERNIH—Patung “Pancoran” yang berada di perempatan Jalan Sahardjo- Jalan MT Haryono memang terasa agak ganjil. Hanya sedikit yang menyebut patung itu sebagaimana nama seharusnya, “Patung Dirgantara”.
Dikatakan agak ‘aneh’ karena patung-patung lain memiliki tiang yang lurus, sementara Patung Dirgantara justru melengkung. Patung itu dulu persis di depan Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) di Jalan Gatot Subroto. Hingga sekarang nama Patung Dirgantara kurang dikenal. Patung ini lebih populer disebut Patung Pancoran oleh masyarakat.
Gagasan pembuatan patung berasal dari Presiden Soekarno. Beliau menghendaki adanya sebuah patung mengenai penerbangan (dirgantara) Indonesia. Karena itulah patung dibuat berujud manusia angkasa, menggambarkan semangat keberanian untuk menjelajah angkasa. Konon, ada yang mengatakan sosok patung yang tengah merentang tangan ke angkasa itu adalah sosok Hanoman. Tapi sumber lain menyatakan, modelnya pematung sendiri, Edhi Sunarso, atas saran Soekarno.
Patung memiliki tinggi 11 meter dan berat 11 ton dengan bahan perunggu. Tinggi kaki patung atau tugu panjangnya 27 meter. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan oleh tim pematung Keluarga Arca Yogyakarta, pimpinan Edhi Sunarso.
Patung dibuat pada tahun 1964-1965. Namun karena terjadi Peristiwa 30 September 1965 (dulu disebut G30S/PKI) pengerjaannya mengalami kelambatan. Bahkan setelah itu sempat terbengkalai karena kekurangan dana.
Untuk menutupi kekurangan itu, Presiden Soekarno tidak segan-segan mengeluarkan dana pribadi. Beliau kemudian menjual mobil miliknya. Ketika itu muncul isu bahwa Patung Dirgantara menggambarkan alat pencungkil mata dalam gerakan di malam 1 Oktober 1965 itu (“Sejarah Singkat Patung-patung dan Monumen di Jakarta”, 1985).
Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui langsung Presiden Soekarno. Alat pemasangannya sederhana saja, yaitu menggunakan derek tarikan tangan. Pemasangan Patung Dirgantara selesai pada akhir 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan dari lapangan terbang Halim Perdanakusumah.
Dulu sosok Patung Dirgantara bisa dinikmati secara luas dari berbagai jurusan. Sayang kini agak tertutup oleh ruas jalan bebas hambatan. Karena tingginya, perawatan patung ini relatif sulit. Terakhir konservasi dilakukan pada tahun 1994. Saat ini patung model untuk pemaparan Edhi Sunarso kepada Presiden Soekarno disimpan di Museum Seni Rupa dan Keramik. Patung model tersebut sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari bahan gypsum. Beratnya sekitar 75 kilogram dengan tinggi 60 sentimeter. [ ]