Manakala Abu Yazid Al-Busthami Ikut Kebaktian di Sebuah Gereja

Mulutnya terkunci tidak keluar suara. Dia kemudian menghentikan ceramahnya. Setelah merenung sang Baba berkata, ‘’Di dalam gereja ini ada umat Muhammad. Saya bisa melihat dari sinar mukanya.”
JERNIH– Abu Yazid Al-Busthami berkata, “Dunia telah kutalak tiga. Kemudian seorang diri aku berjalan menuju Yang Sendiri. Aku berdiri di hadapan hadirat-Nya dan berseru, “Ya Allah, kecuali Engkau tidak sesuatu pun yang kuinginkan. Apabila Engkau telah kuperoleh, maka semuanya telah ku peroleh.”
“Setelah Allah mengetahui ketulusan hatiku itu, maka karunia pertama yang diberikan-Nya kepadaku adalah membukakan selubung keakuan dari depan mataku.”
**
“Apa yang dimaksud dengan Tahta Allah?” seseorang bertanya kepada Abu Yazid.
“Tahta itu adalah aku,” jawab Abu Yazid.
“Apakah yang dimaksud dengan ganjalan kaki Allah?”
“Ganjalan kaki itu adalah aku.”
“Apakah yang dimaksud dengan luh (tanda peringatan) dan pena Allah?”
“Luh dan pena itu adalah aku.”
“Allah mempunyai hamba-hamba seperti Ibrahim, Musa dan Isa.”
“Mereka itu adalah Aku.”
“Allah mempunyai hamba-hamba seperti Jibril, Mikail dan Israfil.”
“Mereka itu adalah aku.”
Lelaki yang bertanya itu terdiam. Kemudian Abu Yazid berkata, “Barang siapa yang telah lebur di dalam Allah, dan telah mengetahui realitas mengenai segala sesuatu yang ada, maka segala sesuatu baginya adalah Allah.”
**
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Allah ke Hadirat-Nya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Allah itu Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.
Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat shalat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Allah,”Ya Allah, aku tidak membanggakan disiplin dari yang telah kulaksanakan seumur hidupku. Aku tidak membanggakan shalat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al-Qur’an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual yang telah kualami, doa-doa yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku.”
“Engkau pun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu. Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepada-Mu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmat-Mu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan.”
“Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru, “Tangri, Tangri! Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidah untuk mengucapkan Syahadah.”
“Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepada-Mu limpahkanlah ampunan-Mu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena aku pun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhi-Mu.”
**
Abu Yazid Al-Busthami mendapat ilham untuk datang ke sebuah gereja. Dia masuk ke dalam gereja dan bergabung dengan jemaat gereja.
Terjadilah peristiwa aneh. Pada saat Baba sang penginjil menyampaikan tausiah, tiba-tiba dia tidak bisa bicara. Mulutnya terkunci tidak keluar suara. Dia kemudian menghentikan ceramahnya. Setelah merenung sang Baba berkata, ‘’Di dalam gereja ini ada umat Muhammad. Saya bisa melihat dari sinar mukanya.”
Mendengar hal itu, Abu Yazid buru-buru berdiri untuk keluar dari gereja. Tetapi sang Baba penginjil mencegahnya. ‘’Tuan, Anda jangan keluar. Kalau Anda bisa menjawab 19 pertanyaan saya, saya akan percaya pada agama Anda dan mengikutinya.”
Abu Yazid terdiam mendengar pernyataan sang Baba. Namun dia mempersilakannya menyampaikan 19 pertanyaan tersebut. Sang Baba kemudian menyampaikan satu persatu pertanyaan agar dijawab Abu Yazid.
Secara berututan dia bertanya siapakah dzat yang satu dan tidak ada duanya. Apa dua yang tidak ada tiganya, apa tiga yang tidak ada empatnya, apa empat yang tidak ada limanya, apa lima yang tidak ada keenamnya, apa enam yang tidak ada ketujuhnya.
Apa tujuh yang tidak ada kedelapannya, apa delapan yang tidak ada kesembilanya, apa sembilan yang tidak ada kesepuluhnya? Apa ke-10 yang tidak ada sebelasnya, apa 11 yang tidak ada keduabelasnya, apa 12 yang tidak ada ketigabelasnya, apa 13 tidak ada keempatbelasnya? Apa yang Allah ciptakan namun Allah mengingkarinya? Apa yang Allah ciptakan tapi dia mengutuknya? Apa yang bernafas tanpa roh? Apa kuburan yang berjalan membawa penghuni kuburnya? Apa pohon-pohonan yang bercabang duabelas, dan tiap cabang beranting 30 serta tiap ranting berbuah lima? Dan pertanyaan terakhir, apakah kunci surga?
Abu Yazid dengan tegas menjawab ke-19 pertanyaan itu. Pertama, satu yang tidak ada keduanya adalah Allah swt. Dua yang tidak ada tiganya, siang dan malam. Tiga yang tidak ada empatnya adalah pertanyaan Nabi Musa AS kepada Nabi Khidir AS. Empat yang tidak ada limanya yaitu kitab samawi (Taurat, Zabur, Injil dan Alquran).
Lima yang tidak ada enamnya adalah shalat wajib lima waktu. Enam yang tidak ada tujuhnya yaitu diciptakannya langit dan bumi (QS Qaf: 38).
Sang Baba bertanya: “Mengapa dalam ayat itu disebutkan Allah tidak merasa capai?”
Abu Yazid menjawab,”Karena orang Yahudi mengira bahwa hari ketujuh itu untuk istirahat Allah.”
Pertanyaan ketujuh, tujuh yang tidak ada delapannya ialah langit (QS Nuh:15). Pertanyaan kedelapan, delapan yang tidak ada sembilannya yaitu malaikat penjaga arsy (QS Al-Haqqoh: 117). Sembilan yang tidak ada sepuluhnya yaitu mukjizat Nabi Musa (QS Al-Isra: 101). Sepuluh yang tidak ada sebelasnya yaitu amal kebaikan yang dilipatkan pahalanya 10 kali lipat. Sebelas yang tidak ada dua belasnya yaitu saudara-sudara Nabi Yusuf AS.
Dua belas yang tidak ada tiga belasnya yaitu pancuran air dari batu yang dipukul Nabi Musa AS. Tiga belas yang tidak ada empat belasnya yaitu sebelas saudara Nabi Yusuf ditambah bapak dan ibunya.
Allah menciptakannya tetapi menyebutnya sebagai munkar yaitu suara hewan khimar (QS Luqman:19), “Sesungguhnya suara yang paling ingkar adalah suara khimar.”
Jawaban dari pertanyaan Baba kelima belas yaitu tipu daya muslihat wanita (QS Yusuf: 28). Bernafas tanpa roh yaitu subuh (QS At-Taqwir: 18), “Wassubhi idza tanaffas.”
Kuburan yang membawa penghuninya yaitu Ikan Hud yang menelan Nabi Yunus. Pohon yang bercabang 12 ialah tahun terdiri 12 bulan, tiap bulan 30 hari, tiap hari ada lima waktu shalat.
Jawaban pertanyaan terakhir, kunci surga adalah Laailaha Illallah Muhammadar Rasulullah.
Subhanallah, apa yang terjadi selanjutnya? Sang Baba dan seluruh penghuni gereja spontan mengucapkan kalimat syahadat dan menyatakan masuk Islam. Itu terjadi karena Abu Yazid Al-Busthami telah lama berpuasa dari berkata-kata kotor. Dari mulut Abu Yazid yang bersih dan hati yang tulus, keluar suara yang menembus hati para penghuni gereja. [ ]