Pemuda Indonesia Ini Jadi Penasihat Muda PBB

Zagy menjadi satu-satunya pemuda dari Asia Tenggara yang masuk dalam posisi tersebut.
JERNIH-Seorang pemuda asal Indonesia ditunjuk Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk menjadi salah satu dari penasehatnya. ia adalah Zagy Berian, yang menjadi satu dari 14 Penasihat Muda Sekjen PBB untuk Perubahan Iklim (Youth Advisory Group on Climate).
Penunjukan Zagy dilakukan pada Hari Internasional Pemuda, Selasa (12/8/2025). Zagy menjadi satu-satunya pemuda dari Asia Tenggara yang masuk dalam posisi tersebut.
ke 14 penasihat muda tersebut bertugas memberi masukan praktis, perspektif yang beragam dari anak muda, serta rekomendasi konkret untuk mendukung pekerjaan dalam menangkal masalah iklim. PBB mengatakan suara pemuda dalam aksi iklim penting mengingat tren global yang mengkhawatirkan.
“Advokasi tanpa kenal takut dari anak muda telah menjadi pendorong utama dalam perjuangan melawan krisis iklim,” kata Guterres dalam siaran persnya.
“Ini berarti lebih banyak ruang bagi suara muda di meja perundingan, lebih banyak ruang bagi kepemimpinan pemuda, dan lebih banyak ruang untuk membentuk aksi iklim. Kepada anak muda di seluruh dunia, jangan menyerah!,” tambahnya.
Zagy adalah pendiri Society of Renewable Energy (SRE) dan menjabat sebagai Regional Facilitator untuk Youth Climate Justice Fund di Asia Selatan. Ia juga pemimpin sosial di bidang lingkungan keberlanjutan yang berfokus pada pemberdayaan pemuda agar berperan aktif di sektor tersebut.
Ia berkontribusi dalam strategi keterlibatan pemuda G20 Energy Transition Working Group bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dan terlibat dalam B20 Task Force on Energy, Sustainability, and Climate, serta menjabat sebagai Chief di Southeast Asia Youth Forum on Energy di bawah ASEAN.
Salah satu inisiatif penting yang ia jalankan adalah program edukasi dan kesadaran energi terbarukan di Pati, Jawa Tengah. Di sana, ia bekerja sama dengan petani setempat untuk mengintegrasikan solusi energi bersih dalam praktik pertanian berkelanjutan.
Selama ini Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling rentan terhadap risiko iklim. Mulai dari kenaikan permukaan laut yang mengancam komunitas pesisir hingga cuaca ekstrem yang mengganggu sistem pangan dan mata pencaharian. (tvl)