Pusat Studi Sunda, Salah Satu Warisan Upaya Ajip Rosidi
Perpustakaan PSS yang sempat akan diberi nama Perpustakaan Ali Sadikin (2011) itu kemudian secara resmi diberi nama dan dibuka untuk umum pada 15 Agustus 2015, dengan nama Perpustakaan Ajip Rosidi
Oleh : Atep Kurnia
JERNIH– Antara 22-25 Agustus 2001 di Bandung, Yayasan Kebudayaan Rancage menyelenggarakan Konferensi Internasional Budaya Sunda ke-1 (KIBS 1). Salah satu rekomendasi dari perhelatan internasional ini adalah pendirian Pusat Studi Sunda (PSS).
Pusat kajian kesundaan itu secara resmi berdiri pada 24 Agustus 2002. Para pendirinya Ajip Rosidi, Didi Turmudzi, A. Chaedar Alwasilah, Dadan R. Nurdin, Dadang Kahmad, Dodong Djiwapradja, Embas Suherman, Edi S. Ekadjati dan Nano S.
Mula-mula PSS beralamat di Jalan Karawitan No 46, Bandung (2002-2006), kemudian pindah ke Jl. Taman Kliningan II No. 5, Bandung (2006-2010), dan kini berkantor di Jalan Garut No. 2, Bandung.
Sebagai sebuah organisasi jelas PSS mempunyai visi dan misi, berikut program kerjanya. Visi yang dijadikan landasan oleh PSS adalah revitalisasi budaya Sunda dalam pengertian seluas-luasnya melalui kajian-kajian kritis dan interdisipliner terhadap berbagai aspek budaya lokal dalam konteks budaya global. Adapun misinya adalah memusatkan pada tiga misi utama, yaitu penelitian, dokumentasi, dan publikasi.
Ketiga misi itu dirinci sebagai berikut: Meningkatkan kesadaran dan pengenalan orang Sunda akan potensi-potensi budaya Sunda, termasuk pandangan hidup, agama; Mengembangkan budaya Sunda melalui pendidikan dan kajian-kajian interdisipliner; Meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni, sastra, dan nilai-nilai tradisional; Mempertahankan dan melestarikan lingkungan hidup; Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi muda Sunda.
Adapun program kerja PSS, sesuai dengan rekomendasi KIBS I, ada tujuh bidang garapan, yaitu: sastra dan bahasa; sejarah, arkeologi, dan filologi; agama, kepercayaan, dan pandangan hidup; ekonomi, kemasyarakatan, dan politik; kesenian; lingkungan hidup, arsitektur, makanan, dan pakaian; dan pendidikan.
Sejak berdiri, banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh PSS. Dalam catatan saya, PSS pernah mengadakan siaran di RRI Bandung setiap malam Selasa jam 21.30 – 23.00, yang membahas kebudayaan Sunda. Kegiatan ini mulai berlangsung sejak bulan Agustus 2002. Acara yang diberi tajuk “Bale Rancage” ini diasuh Nano S., S. Kar.
Sesuai dengan tiga misi utamanya, PSS menerbitkan jurnal Sundalana (buku Seri Sundalana). Publikasi ini mulai terbit Oktober 2003. Edisi perdananya Sundalana 1: “Tulak Bala: Sistim Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda”. Setelah itu disusul Sundalana 2 yang terbit bulan Maret 2004, “Fatimah in West Java: Moral Admonitions to Sundanese Gentlewomen”; Sundalana 3 yang terbit Oktober 2004, “Bupati di Priangan”; Sundalana 4: “Islam dalam Kesenian Sunda” (2005); Sundalana 5: “Mencari Gerbang Pakuan” (2006); Sundalana 6: “Menyelamatkan Alam Sunda” (2007); Sundalana 7: “Kujang, Bedog, dan Topeng” (2008); Sundalana 8: “Pulung Karaton Pajajaran” (2009); Sundalana 9: “Perubahan Pandangan Aristokrat Sunda” (2010); Sundalana 11: “Perspektif Kebudayaan Sunda” (2010); Sundalana 11: “Aspek Visual Budaya Sunda” (2012); dan Sundalana 12: “Memelihara Sunda” (2013).
Dalam kaitannya dengan penerbitan Sundalana, pada Maret 2005 diadakan seminar sehari yang membahas karangan utama pada Sundalana 3, “Bupati di Priangan” karya A. Sobana Hardjasaputra yang dibahas Andi Suwirta (Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIS UPI), di Kampus UPI, Bandung.
Dalam bidang penelitian, PSS pernah bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang berupa penelitian sejarah dan bahasa di Kabupaten Tangerang pada bulan Juli hingga Desember 2004. Hasilnya berupa dua buku, “Sejarah Kabupaten Tangerang” yang disusun Tim Peneliti Pusat Studi Sunda: Edi S. Ekadjati, A. Sobana Hardjasaputra dan Muhammad Mulyadi; dan “Bahasa dan Sastra Daerah di Kabupaten Tangerang” susunan Tim Pusat Studi Sunda: Cece Sobarna, Tien Wartini, dan Taufik Ampera.
Di bidang penerbitan buku, antara lain, PSS pernah mengadakan peluncuran buku “Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta” susunan Edi S. Ekadjati dan Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon susunan Ayatrohaedi, yang menampilkan pembicara Agus Arismunandar, di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Maret 2005. Kedua buku itu hasil kerja sama antara Pusat Studi Sunda dan PT. Dunia Pustaka Jaya.
Kemudian melalui kerja sama dengan PT Kiblat Buku Utama, PSS menerbitkan “Pokoknya Kualitatif” karya Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah (2003), dan “Kebangkitan Kembali Orang Sunda: Kasus Paguyuban Pasundan 1913-1918” karya Edi S. Ekadjati (2004).
Bentuk-bentuk pertemuan, diskusi, seminar pun diselenggarakan oleh PSS. Antara lain pernah mengadakan diskusi dan silaturahmi dengan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat, di Kantor MUI Provinsi Jawa Barat, April 2005, yang berhubungan dengan keadaan bahasa Sunda sebagai salah satu media dakwah Islam di Tatar Sunda. Diskusi bulanan atau Sawala Bulanan PSS, yang dimulai sejak Juni 2006. Dokumentasi hasil diskusi PSS setiap bulannya dimuat dalam majalah Sunda “Cupumanik”.
PSS bersama dengan Monash University dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati mengadakan Seminar Haji Hasan Mustapa, di Kampus UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Januari 2009. Pada seminar ini Hawe Setiawan, Ahmad Gibson al-Bustomi, Alfatri Adlin, Julian Millie, dan Ruhaliah menyajikan makalah mengenai hayat dan karya Haji Hasan Mustapa.
Misi yang juga sudah ditunaikan oleh PSS adalah mengadakan kerja sama transkripsi, penerjemahan dan penerbitan naskah Sunda kuna dengan Perpustakaan Nasional RI. Hasilnya, terbit buku “Tutur Bwana” dan “Empat Mantra Sunda Kuna” (2010) yang dikerjakan oleh Tien Wartini, Ruhaliah, Mamat Ruhimat, Aditia Gunawan, dan Rahmat Sopian. Kemudian “Sanghyang Tatwa Ajnyana: Teks dan Terjemahan” (2011) oleh Tien Wartini, Mamat Ruhimat, Ruhaliah, dan Aditia Gunawan; “Sanghyang Swawar Cinta: Teks dan Terjemahan” (2011) oleh tim yang sama; dan “Kawih Pangeuyeukan: Tenun dalam Puisi Sunda Kuna dan Teks-teks lainnya” (2014) oleh Tien Wartini, Mamat Ruhimat, dan Aditia Gunawan.
Selain itu, sejak awal pendirian, PSS merintis Perpustakaan Pusat Studi Sunda yang berasal dari koleksi Djaka Suryawan, Amir Sutaarga, Suhamir, Ayatrohaedi, dan Edi S. Ekadjati. Koleksi perpustakaan PSS juga berasal dari sumbangan buku, antara lain dari Ajip Rosidi, Irfan Anshory, Rachmat Taufiq Hidayat, Her Suganda, dan HD. Bastaman. Hingga kini, koleksi Perpustakaan PSS telah mencapai 16 ribuan buku dan bahan cetak lainnya. Perpustakaan PSS banyak dikunjungi dan dimanfaatkan mahasiswa S1, S2 dan S3 juga para peneliti, penulis, dan masyarakat umum. Mereka datang untuk membaca buku, naskah, mikrofilm untuk tugas kuliah dan penelitian.
Perpustakaan PSS yang sempat akan diberi nama Perpustakaan Ali Sadikin (2011) itu kemudian secara resmi diberi nama dan dibuka untuk umum pada 15 Agustus 2015, dengan nama Perpustakaan Ajip Rosidi. Perpustakaan ini dibangun berlantai tiga di Jalan Garut No. 2, Bandung. [ ]
*Peminat literasi dan budaya Sunda, tinggal di Bandung.