POTPOURRIVeritas

Seri Fatahillah [4]: Fatahillah, Pahlawan atau Penjahat?

Ridwan berpendapat Fatahillah adalah penjahat. Menurutnya, Fatahillah lebih tepat disebut sebagai pahlawan Muslim Cirebon, bukan Muslim Jakarta. Kedatangan Fatahillah berikut pasukannya dari Cirebon pada tahun 1527 semata-mata untuk merebut pelabuhan Kalapa. Ribuan unit rumah Muslim Betawi yang dibakar Fatahillah itu berada di Mandi Racan, Pasar Ikan.

JERNIH– Identifikasi tokoh Fatahillah memang merupakan perdebatan akademis yang belum mencapai titik temu hingga kini. Hal itu menjadi rumit karena sumber-sumber yang tersedia masih terbatas. Umumnya sumber untuk mengetahui Fatahillah dan tokoh-tokoh lain adalah jenis historiografi tradisional yang bersifat mitologis, legitimatif, dan etnosentris. Dengan demikian kebenarannya masih memerlukan kajian lebih lanjut.

Begitu pula pendapat Ridwan Saidi. Malah tokoh masyarakat Betawi ini, sebagaimana yang dia sampaikan beberapa tahun lalu dalam sebuah diskusi publik, menganggap Fatahillah bukan seorang ulama yang membebaskan Jakarta. Sebelum Fatahillah datang, sudah ada 3.000 orang Betawi yang Muslim. Bahkan ketika Fatahillah datang menyerbu kota ini, dia membumihanguskan kampung-kampung Muslim Betawi.

Atas dasar inilah Ridwan berpendapat Fatahillah adalah penjahat. Menurutnya, Fatahillah lebih tepat disebut sebagai pahlawan Muslim Cirebon, bukan Muslim Jakarta. Kedatangan Fatahillah berikut pasukannya dari Cirebon pada tahun 1527 semata-mata untuk merebut pelabuhan Kalapa. Ribuan unit rumah Muslim Betawi yang dibakar Fatahillah itu berada di Mandi Racan, Pasar Ikan.

Sayang hingga saat ini belum ditemukan sumber tertulis dan sumber tak tertulis (peninggalan arkeologi) yang memberikan informasi tentang tokoh-tokoh yang berhubungan dengan sejarah Jakarta itu. Penelitian paling mutakhir dilakukan Dadan Wildan (2001) untuk bakal disertasinya, “Ceritera Sunan Gunung Jati; Keterjalinan antara Legenda dan Fakta”. Umumnya naskah-naskah yang ditemukan berasal dari masa sekitar satu setengah abad setelah Sunan Gunung Jati wafat.

Memang ada beberapa sumber asing, seperti berita Portugis dan arsip Belanda. Namun belum ada kajian mendalam tentang sumber-sumber tersebut. Sayang, lahan Jakarta dan sekitarnya sudah banyak tertutup atau hilang oleh pembangunan fisik yang tidak terkontrol. Dengan demikian penelitian arkeologi sulit terlaksana. Sudah jelas generasi sekarang dan generasi mendatang dirugikan karena informasi sejarah yang diperoleh menjadi tidak lengkap. [  ]

Ditulis Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya, mantan wartawan “Mutiara”, dalam blog beliau.

Back to top button