POTPOURRI

Serunya Mengajak Balita Berpuasa

Awal si sulung mulai berpuasa kami putuskan usia lima tahun, saat di Taman Kanak-Kanak (TK) B. Saat itu ada acara buka bersama teman pengajian, kami agak terkejut karena banyak teman yang mulai mengajari anaknya berpuasa pada usia tiga tahun. Rasanya tak tega mengingat di usia itu anak masih belum bisa disiplin. Ternyata setelah bertanya dan melihat praktiknya, belajar puasa dari kecil itu menyenangkan dan membuat kebiasaan baik.

Oleh  : Sri Martiani

JERNIH– Jadi Ibu dan menghadapi bulan puasa? Selamat, semoga jadi ladang pahala berlimpah.

Begitu menikah, pengalaman menyiapkan sahur pertama bersama suami tentu berkesan sekali. Yang biasa sahur sendiri atau dimasakin oleh orangtua, begitu punya pasangan jadi pengalaman seru. Mau tidur nyenyak takut kesiangan. Mau masak malam-malam rasanya nggak enak nanti.

Pernah suatu ketika suami saya iseng mundurin jam saat sahur. Begitu bangun imsyak tinggal 15 menit lagi, saya panik akhirnya cuma bisa bikin teh manis dan goreng tempe. Eh begitu mau makan ternyata waktu imsyaknya masih lama. Mau marah nanti puasanya nggak berkah.

Pengalaman seru lain ialah saat mulai mengajari anak berpuasa. Kapan waktu yang tepat mulai mengajari anak berpuasa? Sejak punya anak, persoalan ini jadi silang pendapat banyak pasangan, karena pengalaman masa lalu orang tua berbeda-beda pula.

Awal si sulung mulai berpuasa kami putuskan usia lima tahun, saat di Taman Kanak-Kanak (TK) B. Saat itu ada acara buka bersama teman pengajian, kami agak terkejut karena banyak teman yang mulai mengajari anaknya berpuasa pada usia tiga tahun. Rasanya tak tega mengingat di usia itu anak masih belum bisa disiplin. Ternyata setelah bertanya dan melihat praktiknya, belajar puasa dari kecil itu menyenangkan dan membuat kebiasaan baik.

Bagaimana kiat dan pengalaman berpuasa bagi balita? Jauh sebelum Ramadhan tiba kita semua sudah bersiap dengan suasana Ramadhan. Rasulullah Saw. menganjurkan ada tarhib (menyambut) Ramadhan agar kita siap. Buat anak-anak pun demikian. Bila mereka sudah sekolah, bekerja sama dengan guru TK/PAUD tentu lebih baik. Di TK kami, dua minggu sebelum Ramadhan anak-anak menyiapkan poster dan hiasan dinding menyambut Ramadhan bersama-sama.

Mereka diajari tentang kegiatan yang menyenangkan selama bulan Ramadhan. Yang kita ingat sewaktu kecil tentu saja menjelang berbuka. Karena itu kita bisa mengingatkan anak-anak akan bahagianya saat berbuka puasa.

Sebagai orangtua pun persiapan Ramadhan kita lakukan dengan musyawarah. Meski masih balita, ada baiknya anak-anak diajak diskusi menentukan target puasa mereka masing-masing.

Bila anak-anak masih kecil dan berbeda usia, jam puasanya bisa disesuaikan. Misalnya yang sudah di TK B bisa setengah hari, yang masih TK A sampai jam 10, dan adiknya bisa satu atau dua jam. Tentu saja apresiasi luar biasa buat para ibu dan ayah yang bisa bersabar menghadapi ujian berpuasa.

Awal anak-anak belajar puasa, banyak emak sakit kepala, tidur kurang, harus memikirkan menu sahur dan berbuka, apalagi menghadapi anak-anak yang belajar puasa. Seorang teman cerita, dia mengunci kulkas begitu subuh tiba, mengosongkan meja makan dan semua teko berisi air minum. Makanan disimpan di lemari dan diberi kunci. Semua dilakukan agar anak-anak tidak tergoda dengan makanan dan minuman.

Ada yang belanja mainan di grosir untuk persediaan satu bulan agar anak-anak punya kegiatan bermanfaat untuk melupakan rasa lapar. Ada pula yang menganggarkan dana lebih buat reward saat target puasa ananda tercapai.

Apa pun persiapannya, yang paling penting adalah persiapan ruhiyah semua orang di rumah. Akan sia-sia usaha kita jika target puasa tercapai, namun penuh dengan tekanan dan ancaman.

Hal yang penting juga adalah kesepakatan sekeluarga. Banyak kejadian belajar puasa ini gagal dan malah jadi perseteruan karena perbedaan pendapat menerapkan aturan pelaksanaannya. Seorang ibu mencoba menahan diri dan menutup telinga ketika anaknya merengek kehausan karena memang belum waktu berbuka sesuai kesepakatan. Nenek atau kakek bisa beda pandangan. Menangisnya cucu akan jadi pertanda pemaksaan, karena zaman dulu mereka mulai belajar puasa ketika sudah usia 7 atau 8 tahun. Hidup dalam satu rumah dengan keluarga besar akan jadi tantangan tersendiri.

Alhamdulillah, sekian puluh tahun, masa latihan puasa sudah kami lewati. Saatnya sekarang menikmati pertumbuhan cucu dan generasi berikutnya. Akankah sama cara orangtuanya mendidik mereka? Dulu orangtuanya bisa puasa penuh saat usia 5 tahun. Bisa jadi sekarang anak-anak mereka akan penuh negosiasi dalam persoalan syariah ini. Kini dunia yang penuh informasi ini mudah diakses oleh anak sejak dini.

Bisa jadi mereka menemukan dalil dan cerita tentang Imam Syafi’i yang tidak berpuasa ketika mengajar, karena memang beliau sudah menjadi pengajar pada usia yang belum baligh, sehingga belum wajib berpuasa. Wallahua’lam.[ ]

*Tulisan ini merupakan buah karya peserta program pelatihan menulis Salman Moving Class yang dikelola Yayasan Salman Mahir Cerdas.

Back to top button