Puisi

5 PUISI FIKAR W. EDA

AGAR BANJIR TAK DATANG LAGI

hujan mengguyur deras,
penghuni was was
banjir sampai teras

Sungai meluap deras
Menyeret ranting,
dan karung beras

Hujan mengguyur deras
Jalan jadi laut luas

pelajaran untuk kita
Buang sampah
jangan sembarangan,
Agar air tak tergenang.

Mari tanam pohon
Got dan selokan ayo bersihkan,
Supaya banjir tidak berulang.

Sekarang banjir pergi,
cuaca pun cerah kembali,
Mari jaga lingkungan,
Agar banjir tak datang lagi

Banjir 2025
*

CHAIRIL BAWA GULUNGAN TALI

Chairil bawa gulungan tali
mengukur luas laut.
Ia rentangkan
dari ujung barat ke ujung timur.
Ia ragu tentang derai cemara*
dan senja pelabuhan kecil*
Laut telah dipagar bambu,
ditumbuhi mall dan beton

Chairil,
Mereka benar-benar binatang jalang*
Dari kumpulannya orang terpandang,
Muda dan sarjana
Berteriak,
“Aku ingin korupsi 1000 tahun lagi.”

Chairil,
Tak perlu sedu sedanmu*
Mereka yang terbaring di antara Karawang dan Bekasi*
Dioplos jadi muntahan kodok
Untuk BBM dan minyak goreng
Nasib memang muntahan
masing-masing

Negeri semati tugu*
2025

*) diksi Chairil

DIA PUNYA

Laut dipagar
Panjar diterima
Bambu disusun
Dia punya.

Langit digaris
Awan berbaris
Hujan gerimis
Dia punya

Hutan dikapling
Gunung tapak siring
Lembah dan tebing
Dia punya

Udara ditimbang
Emas ditambang
Timah lembut
Dia punya

Tanah di patok
Pulau dicaplok
Batas ditembok
Dia punya

Hujan ditampung
Genangan dihitung
Ikan terkurung
Dia punya

Kodok bernyanyi
Landak berduri
Ayam bertaji
Dia punya

Matahari dicatut
Bulan diserut
Sungai diseruput
Dia punya

Angin keras
Hujan deras
Batu cadas
Dia punya

negeri pucat pasi
nasi basi dalam belanga
Segenggam untuk kita
Kenyang lalu gila

April 2025
*

REBAH LANGIT BIJI KOPI

Rebah langit
Tali terentang
Sebiji kopi merah
Nyebrang benua
Sampai di cangkir cintamu
Salju Siberia

Kemah lelap
Kemarau panjang
Savana Mongolia
Sebiji kopi kusisakan
Kelapa terkelupas
Tanpa bintang
Harum arabica

Sungai bening
Perahu ujung lancip
Kopi para pemuja
Kuletakkan secangkir lagi
Ujung bibir Venecia
Lonceng tembaga
Permaisuri Roma
Menjulurkan sutra cinta

Jari lentik Seattle
Menyisakan biji hijau
seduhan pembuka
Cangkir gemerlap kota
Bergegas berburu
Emas hitam
di tikungan penuh terka

Kabut tipis
Pegunungan Gayo
Bunga kopi lalu biji hijau
puisi para petani

Januari 2025
*

TEDUH AROMA KOPI

Teduh aroma kopi langit Tanah Gayo,
Cerak Sengkewe dan Ling Teganing,
Pegasing Kayu Kul,
Tepok didong Taman Arboretum,
Kabut Lut Tawar Fashion Show Bur Telege
Frekuensi 432 dinding pukes
pengantin batu
bangau lukup penalam
Membawa malem dewa dan peteri bensu

cangkir kopi basah oleh cinta;
“Desember mengirim hujan
Dan panen kopi
Kami memainkan musik,
Puisi, dan tari”

Kerbau mungoro lima petak sawah
Tanah selembut bubur
Benih siap ditabur
Kalimat tauhid nisan tua
Makam raja abad lampau

Lalu Tepung Tawar,
mantra tepi telaga
Air jernih pucuk Buntul Linge
Sedepa Umah Pitu Ruang
Bertabur doa

Gema syair dan irama didong
kita tabur di kebun kopi,
pabrik kopi,
kedai-kedai kopi,
terus hidup
suluh terang
bagi jalan tradisi dan pariwisata

Desember Kopi Gayo
nyala jiwa para petani,
musim yang dirindukan.

Januari 2025.
*

Fikar W. Eda, penyair asal Gayo. Peserta Forum Puisi Indonesia ’87 di TIM Jakarta dan berbagai event Sastra lainnya. Pernah menjabat Ketua Komite Sastra DKJ (2013-2015) dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Aceh (DKA) 1990-1995. Buku puisinya : Rencong (2003, 2005, 2008), dan Sepiring Mie Aceh Secangkir Kopi Gayo Bertalam Giok Nagan (2015) dan sejumlah antologi bersama.

Check Also
Close
Back to top button