Mengapa BPOM Tarik Produk Pangan Olahan Latiao?
BPOM menerima laporan keracunan akibat mengkonsumsi latiao yang ditengarai berasal dari Cina. Dari 73 produk latiao yang teregistrasi dan sebanyak empat terbukti mengandung bakteri.
JERNIH-Setelah menerima laporan keracunan akibat mengkonsumsi latiao, pangan olahan asal Cina, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) segera melakukan langkah mengamankan makanan olahan asal Cina tersebut yang beredar dalam masyarakat.
Dari hasil pengecekan tersebut BPOM mengamankan 76.420 latiao serta memusnahkan 49 karena kedaluwarsa atau tidak ada izin edar tersebut, menyusul kasus Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBKP) di tujuh wilayah.
Menurut Kepala BPOM Taruna Ikrar, pihaknya telah mengecek 341 sarana, yang terdiri dari 214 ritel atau toko, 27 distributor, 100 kantin dan warung di area sekolah. Sebanyak 33 dari seluruh sarana tersebut ditemukan menjual latiao sebanyak 77.219 dan 750 telah diambil sampelnya.
Langkah cepat tersebut dimaksud untuk mencegah lebih banyak orang keracunan serta dan tidak tumbuh lebih banyak mikroorganisme lainnya dalam makanan tersebut. Sebab pada uji laboratorium produk olahan tersebut, ditemukan bakteri Bacillus Cereus.
“Tapi boleh jadi karena dia high risk, muncul bakteri-bakteri lain. Mungkin salmonella, mungkin jamur atau fungi. Dan ini bisa berdampak pada sistem syaraf, bisa berdampak pada sistem metabolisme kita yang disebut dengan hepatic system failure,” kata Taruna pada Senin (4/11/2024).
BPOM juga melakukan Langkah koreksi yakni melakukan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital untuk menghentikan penjualan latiao secara daring serta menarik dan memusnahkan produk yang menyebabkan KLBKP.
Taruna kemudian menjelaskan tentang resiko pangan kemasan yang terbagi menjadi dua kategori yakni yang berisiko tinggi dan rendah.
Pangan kemasan dengan risiko rendah, contohnya makanan industri rumah tangga yang sensitif terhadap sejumlah hal, seperti waktu yang dapat busuk dalam 1-2 hari dan suhu. Sementara itu pangan kemasan risiko tinggi contohnya yang dikemas kemudian diekspor.
Latiao pada awalnya dianggap sebagai pangan kemasan berisiko rendah, namun ternyata latiao merupakan pangan kemasan dengan risiko tinggi, sehingga tindakan pencegahan itu diambil, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi pangan kemasan tersebut.
Sebelumnya BPOM menerima laporan keracunan akibat mengkonsumsi latiao yang ditengarai berasal dari Cina. Dari 73 produk latiao yang teregistrasi dan sebanyak empat terbukti mengandung bakteri.
Keracunan terjadi ditujuh wilayah, yaitu Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, dan Pamekasan. (tvl)