Bila Gaji Kepala BPIP dan Stafsus Milenial Buat Relawan Covid-19
Pasien tersebut kini terpaksa merawat diri sendiri di rumahnya. Padahal keluarganya sudah berkeliling ke Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, hingga Banyumas, Jateng
Oleh : H. Usep Romli HM
Serangan dan penyebaran virus Corona Covis-19 amat masif. Membabibuta ke segenap penjuru wilayah Terutama Jakarta dan kota-kota besar lain.
Yang berjibaku di garis terdepan adalah para petugas medis. Terdiri dari para dokter, perawat, sopir ambulans dan lain-lainnya. Bukan hanya di ibukota, ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota saja. Melainkan di mana-mana.
Peralatan yang digunakan untuk menahan serbuan virus jahat tersebut belum memadai. Nyaris seadanya. Di kota Tasikmalaya, dikabarkan petugas medis terpaksa menggunakan jas hujan sebagai alat pelindung ketika menangani pasien suspect Corona. Keadaan memprihatinkan itu tersebar di beberapa media mainstream maupun media main-main serta media sosial. Alhasil, bukan hoax. Hal serupa mungkin saja terjadi di wilayah lain, namun luput dari pemantauan.
Pemerintah pusat memang sudah menyediakan dana tambahan untuk penanganan virus Covid-19. Begitu pula pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, malah akan memberikan insentif sebesar Rp 215.000 kepada setiap anggota medis yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19.
Selain peralatan medis dan perlengkapan anggota tim medis, penambahan ruang perawatan pasen juga sangat mendesak. Peristiwa penderita suspect Covid 19 di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, ditolak beberapa rumah sakit karena ruang perawatan penuh. Hal yang jangan terulang lagi. Pasen tersebut kini terpaksa merawat diri sendiri di rumahnya. Padahal keluarganya sudah berkeliling ke Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, hingga Banyumas, Jateng. Tentu amat riskan dengan risiko penyebaran yang mungkin tak terdeteksi.
Tim medis seolah menghampiri hantu tak berwujud. Mereka toh pati jiwa raga tanpa memikirkan risiko terburuk bagi dirinya. Kita tahu kemudian, satu demi satu para dokter dan tim medis ini tumbang. Kemarin kita baca, seorang dokter senior, dr Djoko Judodjoko meninggal akibat Covid-19, mengikuti catatan kematian dokter dan tim media lain terdahulu. Semoga pengabdian mereka mendapat ganjaran setimpal dari Allah SWT.
Lantas dari mana dana untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan tenaga medis? Banyak sumber dapat digali. Sumber tidak resmi, dari para donator yang murah hati. Diberitakan, seorang wanita pengusaha asal Sumatra Barat, menginfakkan dana Rp 14 miliar untuk penanggulangan Covid-19. Mungkin masih ada dermawan-dermawan lain yang berbuat kebajikan serupa, tanpa harus diekspos media.
Sumber-sumber resmi juga banyak sekali. Antara lain dari penghasilan para konglomerat, para birokrat baik di eksekutif maupun di legislative. Para taipan mungkin dapat menyisihkan dana CSR yang biasa diberikan kepada lembaga-lembaga tertentu, dialihkan kepada gugus tugas penanggulangan Covid-19. Kemudian, penghasilan tambahan (TPP) para birokrat eksekutif di pusat dan daerah, dapat dialihkan pula, baik secara proaktif perorangan, maupun dipotong oleh bendahara atas perintah atasannya.
Bahkan di kalangan masyarakat, beredar usulan, agar gaji pegawai lembaga/badan yang tidak produktif dan terkesan makan “gaji buta”, dialihkan seluruhnya demi memberantas Covid-19. Antara lain dari para penasihat dan Ketua Badan Pengembangan Idiologi Pancasila (BPIP), distop saja dulu sementara, selama Covid-19 merajalela. Sangat lumayan, karena gaji mereka konon sekitar Rp 100 jutaan, sedangkan hasil kerjanya minus. Malah sering mengundang kontroversi, seperti lontaran Ketua BPIP, Prof Yudiawan “agama musuh Pancasila” atau mengganti “Assalamualaikum” dengan “Salam Pancasila”. Selain menimbulkan kegaduhan sosial, kedua lontaran itu tak berperan dan atau tanpa fungsi sama sekali.
Selain gaji pejabat BPIP, gaji Tim Milenial Presiden yang Rp 52 juta per orang per bulan, dapat juga dialihkan kepada kebutuhan Tim Medis anti Covid-19 yang bekerja nyata di lapangan. Jauh dari kesenangan, keamanan dan kenyamanan Tim Milenial.
Itu sekadar usul saja. Tidak menuntut. Hanya disertai harapan, semoga Bapak Presiden berkenan menyetujui usulan tersebut. Bersama melawan Corona, bersatu melawan Covid-19, tidak sekadar membentur ruang kosong. Tapi akan penuh bukti dan bakti. Bahu membahu, seia sekata, sepenanggungan dengan para Tim Medis yang telah lebih dulu berkorban untu keselamatan manusia dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Semoga Alloh SWT mengabulkan usul mulia ini. [ ]