Hanya bangsa yang berhasil mengembangkan energi rohani positif yang akan mampu mencapai ketinggian kemuliaan. Bangsa yang banyak menguras energi rohaninya untuk permusuhan dan pengrusakan, akan berujung sebagai pecundang.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, siapa kuasai energi, kuasai kehidupan. Bung karno mengingatkan: “Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia bergantung pada energi. Siapa yang menguasai energi adalah pemenang.”
Siapa menghasilkan energi baik akan jadi pemenang kehidupan baik. Siapa menghasilkan energi buruk akan berbuah kehidupan buruk. Dan itu tak terbatas pada energi fisik, tapi juga energi rohani.
Energi rohani baik tak akan berbuah keburukan, begitu pun energi rohani buruk tak akan berbuah kebajikan. Dalam ungkapan James Allen, “Pemikiran mulia akan melahirkan pribadi mulia, pemikiran negatif akan melahirkan kemalangan.”
Hanya bangsa yang berhasil mengembangkan energi rohani positif yang akan mampu mencapai ketinggian kemuliaan. Bangsa yang banyak menguras energi rohaninya untuk permusuhan dan pengrusakan, akan berujung sebagai pecundang.
Untuk menguasai dan mengembangkan energi, kita harus tampil sebagai bangsa berdaulat. Bung Karno berkata, “Dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang.”
Demi mencapai kedaulatan bangsa, Bung Hatta mengingatkan, “Perjuangan kita belum selesai, dan boleh dikatakan kita baru berada pada permulaan perjuangan. Tujuan kita tidak semata-mata merdeka dan berdaulat, tapi tujuan kita adalah satu indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Alam kita yang kaya itu akan kita pergunakan untuk bangsa kita sendiri.”
Selanjutnya, Bung Hatta tekankan, “Perjalanan kita masih jauh lagi. Kita harus membangun, menyusun dan memperbaiki ekonomi kita, membangun sumber alam untuk menyempurnakan dasar kemakmuran rakyat.”
Untuk itu, kita harus memperkuat energi rohani kita agar dapat terbang mencapai ketinggian derajat kepercayaan diri. Bung Karno mengingatkan, “Jikalau kita bangsa Indonesia ingin kekal, kuat, nomor satu jiwa kita harus selalu jiwa yang ingin Mi’raj—kenaikan ke atas, supaya kebudayaan kita naik ke atas, supaya negara kita naik ke atas. Bangsa yang tidak mempunyai adreng, adreng untuk naik ke atas, bangsa yang demikian itu, dengan sendirinya akan gugur pelan-pelan dari muka bumi (sirna ilang kertaning bumi).” [ ]