Defisit Penalaran
Apakah tidak ada ruang lagi bagi keterlibatan publik, setidaknya kaum cerdik pandai, untuk ambil bagian dalam public deliberation guna menyumbangkan pemikiran terbaiknya bagi kebaikan dan kemajuan bangsa? Mana aktualisasi semangat gotong-royong yang sering kita gembar-gemborkan itu?
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saya setuju dengan substansi tulisan surat pembaca Kompas, yang ditulis saudara Sutanto Harsono (25 Januari 2022) lalu (isinya tentang pernyataan ketidaksetujuan dengan pemindahan ibu kota—red Jernih). Meski yang beliau kemukakan baru sebagian kecil persoalan.
Kita tak usah terlalu jauh membahas isu ini hingga menyangkut substansi persoalan pemindahan ibu kota. Dari segi pemilihan nama calon ibu kota negara baru itu saja sudah cukup menggambarkan betapa dunia politik kita mengalami defisit penalaran dan kreativitas.
Apakah tidak ada ruang lagi bagi keterlibatan publik, setidaknya kaum cerdik pandai, untuk ambil bagian dalam public deliberation guna menyumbangkan pemikiran terbaiknya bagi kebaikan dan kemajuan bangsa?
Mana aktualisasi semangat gotong-royong yang sering kita gembar-gemborkan itu? [ ]