Solilokui

Faith Factor dalam Ranah Medis

Matthews memasangkan piranti-piranti modern untuk memantau kondisi OP (obyek penelitian): sensor suhu, perekam detak jantung, dan lainnya. Misalnya, Matthews memasangkan sensor-sensor pada seorang pendeta Tibet saat melakukan praktik yoga. Dia menemukan temuan yang menarik: hanya dengan bermeditasi seorang yogi mampu menaikkan suhu tubuh luarnya beberapa derajat pada kondisi udara luar yang ekstra dingin. Untuk ukuran orang normal — yang sedang tidak beryoga, ini musykil terjadi.

Oleh   : Agus Kurniawan

JERNIH– Andaikan pengobatan non-medis dianggap palsu atau takhayul, mengapa masih banyak orang melakukan pengobatan serupa dan merasa sembuh? Kasus yang dulu nge-hit adalah seorang anak bernama Ponari yang dipercaya memiliki batu ajaib yang bisa menyembuhkan. Pasiennya antre, sampai dibubarkan polisi.

Agus Kurniawan

Tahun 1998 Dale A. Matthews, seorang dokter internis dari Universitas Georgetown, Amrik, melakukan riset yang menarik. Dia meneliti para tabib di Tibet yang menjadi andalan pengobatan masyarakat setempat dan sangat dipercaya bisa menyembuhkan. Secara klinis, obat-obatan dan perawatan yang diberikan sang tabib dianggap tidak memiliki khasiat signifikan — istilahnya placebo. Tapi kok menyembuhkan?

DR Matthews menemukan secara empiris korelasi kuat antara keyakinan atau kepercayaan (faith) terhadap kesembuhan seseorang. Faith factor istilahnya. Keyakinan (faith) ini menjadi salah satu variabel penting kemampuan tubuh mengobati diri sendiri. Terminologi psikologi yang identik dengan ini adalah “self healing“.

Apa yang ingin dibuktikan oleh Matthews? Pengobatan sesungguhnya bukan semata-mata perawatan dan obat-obatan medis. Pengobatan juga dipengaruhi oleh konstruksi pikiran pasien. Keyakinan pada pengobat (dokter ataupun tabib) dan kepasrahan diri (menihilkan kecemasan) pada diri pasien berkontribusi signifikan pada kesembuhan.

Bukankah ini biasa kita dengar dalam kehidupan keseharian masyarakat kita yang relijius? Ya, betul. Tetapi Matthews membawa ranah ini ke dalam tataran riset empiris.

Matthews memasangkan piranti-piranti modern untuk memantau kondisi OP (obyek penelitian): sensor suhu, perekam detak jantung, dan lainnya. Misalnya, Matthews memasangkan sensor-sensor pada seorang pendeta Tibet saat melakukan praktik yoga. Dia menemukan temuan yang menarik: hanya dengan bermeditasi seorang yogi mampu menaikkan suhu tubuh luarnya beberapa derajat pada kondisi udara luar yang ekstra dingin. Untuk ukuran orang normal — yang sedang tidak beryoga, ini musykil terjadi.

Setelah merilis buku pertamanya “The Faith Factor: Proof of the Healing Power of Prayer“, DR Matthews meneruskan berbagai riset tentang aspek ini. Misalnya “The Faith Factor: An Annotated Bibliography of Clinical Research on Spiritual Subjects”; “Body, Mind, and Spirit, Shall We Pray?”;  “Healing Hands“, dll.

Apakah ini artinya kita mendukung dukun? Bukan begitu juga. Riset DR Matthews semata-mata meneguhkan pemahaman kita — berbasis riset empiris —  bahwa konstruksi pikiran memiliki porsi penting bagi kesembuhan diri. Pikiran yang gembira, optimis (yakin), dan pasrah, berkontribusi besar pada kesehatan kita. [ ]

*goeska@gmail.com

Back to top button