Solilokui

Gowes dan Khatam Al-Qur’an

Kebiasaan baru membaca surat-surat tertentu ini mungkin dipengaruhi oleh informasi bahwa surat tersebut memberi berkah tertentu bagi pembacanya. Kurang jelas kenapa aku jadi terpengaruh dan tertarik oleh iming-iming berkah. Dari dulu aku kurang tergerak oleh iming-iming semacam itu.

Oleh  : Anwar Holid

JERNIH– Pada Desember 2021 aku menargetkan khatam Al-Qur’an pada Mei 2022 (akhir Ramadhan 1443 H). Waktu itu aku indekos di Paseban, Jakarta Pusat. Indekos di situ merupakan pengalaman mengesankan, karena kosan itu memberi layanan sarapan dan makan malam, cuci-setrika, ditambah Wi-Fi (bagi yang mau).

Di tempat kost itu hidupku simpel, tak kerepotan mencuci, setrika, bebersih (bersih-bersih) di luar kamar, cari makanan, masak, dan lain-lain. Aku bisa mengisi waktu luang melakukan yang aku inginkan, seperti olahraga ringan dan baca Al-Qur’an, baik pagi sebelum berangkat kerja atau petang setelah kerja. Di tempat kost ini aku sempat khatam Al-Qur’an meneruskan daras sebelumnya.

Anwar Holid

Baru sebentar ngekos di Paseban, tempat kerjaku pindah kantor ke Bintaro, Tangerang Selatan. Di sini aku menempati kamar belakang kantor. Tinggal di kantor yang paling bikin sibuk ialah harus cuci-setrika sendiri dan cari makanan. Kalau mau londri harus ke luar kompleks kantor. Warung paling dekat kantor sekitar 1 km bolak-balik. Tak lama kemudian aku dapat rekomendasi katering. Jadi buat makan siang dan malam tak repot lagi.

Bintaro adalah kawasan elite. Lingkungannya makmur, maju, tertata rapi, dan nyaman. Jalan-jalan besar beraspal mulus. Pinggiran kawasannya pun bisa dibilang rapi dan bagus, tapi masih banyak sampah berserakan di pinggir jalan dan sebagian ruas jalannya bocel-bocel. Jalan yang bagus dan tidak sangat padat lalu lintas waktu pagi membuat hobi gowesku tersalurkan dengan baik di kawasan ini. Bagi komunitas goweser, Bintaro terkenal dengan Bintaro Loop, yaitu gowes bolak-balik sepanjang Jalan Boulevard Bintaro sekitar 25 km. Rute Bintaro Loop nyambung ke kawasan elite lain di sekitar Tangerang Selatan, seperti Graha Raya, Alam Sutera, BSD, dan Mozia yang memberi kenyamanan lebih bagi pesepeda, terutama pengguna sepeda balap.

Begitu tinggal di Bintaro hobi gowesku jadi terasa optimal. Hampir setiap pagi aku gowes sekitar satu sampai satu setengah jam. Setelah salat subuh dan beres-beres biasanya aku langsung siap-siap gowes. Aku lebih suka gowes di pinggir kawasan utama Bintaro daripada ke Bintaro Loop. Sebabnya jelas: aku tidak bisa ngebut. Kecepatan rata-rataku di bawah 20 km per jam. Lagi pula gowes ke pinggir kawasan Bintaro lebih berkelok-kelok, variatif, dan jarang berpapasan dengan mobil ngebut. Saking rutin, sejak di Bintaro aku beberapa kali berhasil memenuhi tantangan Strava gowes 800 km atau paling sering 400 km per bulan. Tanpa disadari rutinitas dan disiplin ternyata bisa menghasilkan kejutan.

Kebiasaan gowes pagi di Bintaro segera menghapus kebiasaanku mengaji habis subuh waktu di Paseban. Akibatnya kemajuan ngajiku tersendat. Memang habis magrib aku berusaha rutin ngaji, tapi biasanya sebentar, hanya sampai menjelang salat isya tiba. Sementara sebelum magrib aku pun kadang-kadang gowes sore setelah kerja atau memilih segera ke Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ) untuk membaca surat-surat tertentu sesuai keinginan sampai azan berkumandang, tidak meneruskan bacaan sebelumnya. Surat yang suka aku baca di antaranya Ar-Rahman, Al-Mulk, Al-Kahfi, dan Yasin.

Kebiasaan baru membaca surat-surat tertentu ini mungkin dipengaruhi oleh informasi bahwa surat tersebut memberi berkah tertentu bagi pembacanya. Kurang jelas kenapa aku jadi terpengaruh dan tertarik oleh iming-iming berkah. Dari dulu aku kurang tergerak oleh iming-iming semacam itu. Mungkin aku kurang beramal baik, akhirnya jadi ngarep betul pada limpahan berkah. Mungkin ada yang berubah dalam diriku. Mungkin anjuran dari pengajian yang kadang-kadang aku hadiri. Mungkin dari posting wag yang aku ikuti. Mungkin dari lini masa yang melintas di media sosial.     

Karena lebih semangat dan disiplin gowes daripada rutin ngaji, khatam Al-Qur’an baru kelar pada Muharram 1444 H, padahal targetnya akhir Ramadhan 1443 H. Selain gowes, yang bikin aku tersendat melanjutkan baca Al-Qur’an ialah mengerjakan urusan sehari-hari, seperti cuci setrika, cari sarapan, dan beres-beres. Rasanya lama sekali upaya menamatkan Al-Qur’an periode kali ini.

Terasa betul gowes lebih prioritas daripada upaya memahami kedalaman Al-Qur’an. Pasti karena gowes lebih mudah dan menyenangkan dilakukan daripada baca Al-Qur’an. Ironik dan mengenaskan. Seorang muslim bisa menjawab tantangan gowes 400 km per bulan, tapi kesulitan menamatkan beberapa juz Al-Qur’an dalam sebulan. Sungguh terlalu. Waktu sampai Juz Amma baru hadir rasa lega dalam diriku. Alhamdulillah, sekarang aku pelan-pelan jalan menyelesaikan juz-juz awal mengulang dan berusaha menamatkan Al-Qur’an. [ ]

Anwar Holid, tinggal di Bintaro, Tangerang Selatan. Blog: alamanganjil.blogspot.com. Twitter: @nwrhld. IG: @anwarholid. Pembaca Alquran.

Back to top button